Tuesday, 30 May 2017

Mutiara Hikmah dan Syiar Imam Besar Sunni

Hasil gambar untuk imam syafi'i
ilustrasi Imam Syafii
            Islam telah lahir ke dunia ini sebagai rahmat untuk seluruh umat, bukan hanya kaum muslim saja. Ajarannya dibawa oleh Nabi Muhammad SAW langsung dari Allah SWT dengan perantara malaikat Jibril. Hingga sekarang, agama Islam telah dianut oleh sebagian besar umat manusia dan menjadi agama terbesar kedua setelah Kristen.
              Meluasnya ajaran Islam hingga ke sudut-sudut negeri tentu tidak serta merta. Pembaca tentu ingat bagaimana perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam mengislamkan para saudara, teman, dan umat manusia. Perjuangan yang membutuhkan waktu yang lama dan usaha yang keras.
               Ketika Nabi wafat, perjuangan dakwah pun belum usai. Para sahabat, khulafaurrasyidin, dan para imam besar melanjutkan estafet dakwah ini. Para imam besar begitu gigih memepelajari Islam hingga sampai sedetail-detailnya. Kemudian mereka menyusun buku sehingga karya-karya mereka dapat kita pelajari hingga saat ini.
                Masalah-masalah kehidupan diatur sedemikian terperinci dalam Islam. Dari waktu ke waktu, keadaan masalah tersebut tak lagi sama. Ketidaksamaan ini mencetuskan pemikiran-pemikiran dari para ahli karena sekarang kita tentu tak bisa bertanya pada Nabi Muhammad SAW. Seandainya bisa, tentu Nabi Muhammad SAW sudah membuka konsultasi online.
Siapa Imam Besar Sunni?
                Ajaran sunni ialah ajaran Ahlissunnah waljamaah, yaitu ajaran Islam yang mengacu pada Al Qur’an dan hadits yang sahih dengan pemahaman para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in. Sebanyak 90% umat Islam di dunia menganut Sunni, dan sisanya Syiah.
             Muhammad bin Idris As Syafi’i merupakan salah satu imam dalam empat mazhab sunni. Beliau bersama Hanafi, Maliki, dan Hambali mendedikasikan diri dalam masalah-masalah fiqih. Imam yang lahir di Gaza, Palestina ini memiliki pengikut sebanyak 28 % muslim di dunia, termasuk Indonesia. Sisanya menganut mazhab Hambali , Hanafi, dan Maliki.
           Imam Syafii salah satunya. Beliau bukanlah seseorang yang kaya dan terpandang, namun nasabnya masih bertautan dengan Nabi Muhammad SAW. Sejak kecil sudah yatim piatu, namun tak pernah menyurutkan cinta dan semangatnya terhadap ilmu. Asy Syafi’i sangat menyukai ilmu dan sastra. Hingga suatu ketika beliau mendapat hidayah untuk mempelajari fiqih setelah ditegur oleh sekretarisnya ketika bepergian.
               Dalam menyelesaikan masalah-masalah fiqihnya, Asy Syafi’i tak segan-segan menghabiskan sepenuh malamnya hanya untuk mencari jalan keluar setiap permasalahan-permasalahan fiqih ( Al Minsyawi, 2009: 77). Dalam mencari jalan keluar, dirinya selalu berpegang pada Al Quran dan hadits. Kitab-kitab Asy Syafi’i banyak memberikan kontribusi dalam masalah fiqih Islam, misalnya : Ar Risalah , Al Umm,  dan Al HujjahI.
            Segala kehidupan yang terjadi ini banyak sekali hikmahnya yang dapat kita petik. Hikmah-hikmah yang bertebaran itu baik yang berupa tersirat maupun tersurat. Tentu perlu pemahaman yang dalam dan bukan hanya sekilas untuk memahami hikmah apa yang dapat dipetik.
               Banyak sekali hikmah-hikmah yang dapat kitapetik dari kisah hidup para pendahulu, tanpa kita harus mengalaminya. Meskipun sebagai imam besar, Imam Asy Syafii selalu merasa tawadlu. Ketika ditanya apa kehebatannya, beliau hanya menjawab dapat memanah dengan sembilan dari sepuluh anak panah mencapai sasaran. Padahal keilmuannya sudah tak diragukan lagi. Semangatnya dalam mencari ilmu ibarat seorang ibu yang kehilangan putranya, sedangkan sang putralah satu-satunya yang dimiliki di dunia ini.

                

No comments:

Post a Comment

kritik dan sarannya semogaa bisa membantu :)

Followers