ilustrasi Imam Syafii |
Islam
telah lahir ke dunia ini sebagai rahmat untuk seluruh umat, bukan hanya kaum
muslim saja. Ajarannya dibawa oleh Nabi Muhammad SAW langsung dari Allah SWT
dengan perantara malaikat Jibril. Hingga sekarang, agama Islam telah dianut
oleh sebagian besar umat manusia dan menjadi agama terbesar kedua setelah
Kristen.
Meluasnya
ajaran Islam hingga ke sudut-sudut negeri tentu tidak serta merta. Pembaca
tentu ingat bagaimana perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam mengislamkan para
saudara, teman, dan umat manusia. Perjuangan yang membutuhkan waktu yang lama
dan usaha yang keras.
Ketika
Nabi wafat, perjuangan dakwah pun belum usai. Para sahabat, khulafaurrasyidin,
dan para imam besar melanjutkan estafet dakwah ini. Para imam besar begitu
gigih memepelajari Islam hingga sampai sedetail-detailnya. Kemudian mereka
menyusun buku sehingga karya-karya mereka dapat kita pelajari hingga saat ini.
Masalah-masalah
kehidupan diatur sedemikian terperinci dalam Islam. Dari waktu ke waktu,
keadaan masalah tersebut tak lagi sama. Ketidaksamaan ini mencetuskan
pemikiran-pemikiran dari para ahli karena sekarang kita tentu tak bisa bertanya
pada Nabi Muhammad SAW. Seandainya bisa, tentu Nabi Muhammad SAW sudah membuka konsultasi
online.
Siapa Imam Besar Sunni?
Ajaran
sunni ialah ajaran Ahlissunnah waljamaah, yaitu ajaran Islam yang mengacu pada
Al Qur’an dan hadits yang sahih dengan pemahaman para sahabat, tabi’in, tabi’ut
tabi’in. Sebanyak 90% umat Islam di dunia menganut Sunni, dan sisanya Syiah.
Muhammad
bin Idris As Syafi’i merupakan salah satu imam dalam empat mazhab sunni. Beliau
bersama Hanafi, Maliki, dan Hambali mendedikasikan diri dalam masalah-masalah
fiqih. Imam yang lahir di Gaza, Palestina ini memiliki pengikut sebanyak 28 %
muslim di dunia, termasuk Indonesia. Sisanya menganut mazhab Hambali , Hanafi,
dan Maliki.
Imam
Syafii salah satunya. Beliau bukanlah seseorang yang kaya dan terpandang, namun
nasabnya masih bertautan dengan Nabi Muhammad SAW. Sejak kecil sudah yatim
piatu, namun tak pernah menyurutkan cinta dan semangatnya terhadap ilmu. Asy
Syafi’i sangat menyukai ilmu dan sastra. Hingga suatu ketika beliau mendapat
hidayah untuk mempelajari fiqih setelah ditegur oleh sekretarisnya ketika
bepergian.
Dalam
menyelesaikan masalah-masalah fiqihnya, Asy Syafi’i tak segan-segan
menghabiskan sepenuh malamnya hanya untuk mencari jalan keluar setiap
permasalahan-permasalahan fiqih ( Al Minsyawi, 2009: 77). Dalam mencari jalan
keluar, dirinya selalu berpegang pada Al Quran dan hadits. Kitab-kitab Asy Syafi’i banyak
memberikan kontribusi dalam masalah fiqih Islam, misalnya : Ar Risalah , Al
Umm, dan Al HujjahI.
Segala
kehidupan yang terjadi ini banyak sekali hikmahnya yang dapat kita petik.
Hikmah-hikmah yang bertebaran itu baik yang berupa tersirat maupun tersurat.
Tentu perlu pemahaman yang dalam dan bukan hanya sekilas untuk memahami hikmah
apa yang dapat dipetik.
Banyak
sekali hikmah-hikmah yang dapat kitapetik dari kisah hidup para pendahulu,
tanpa kita harus mengalaminya. Meskipun sebagai imam besar, Imam Asy Syafii
selalu merasa tawadlu. Ketika ditanya apa kehebatannya, beliau hanya menjawab
dapat memanah dengan sembilan dari sepuluh anak panah mencapai sasaran. Padahal
keilmuannya sudah tak diragukan lagi. Semangatnya dalam mencari ilmu ibarat
seorang ibu yang kehilangan putranya, sedangkan sang putralah satu-satunya yang
dimiliki di dunia ini.
No comments:
Post a Comment
kritik dan sarannya semogaa bisa membantu :)