Thursday 26 January 2017

24 jam Kebersamaan Semarang- Pemalang- Semarang

kebersamaan bareng kang mbak Santri Durrotu Aswaja di rumah Mbak Isti Pemalang


Selamat pagi vroh, istilah ini meminjam dari Fidhoh :D....

Yeah, kali ini aku bakal cerita mengenai perjalanan kami ke Pemalang kemarin. Di baca baik-baik ya, vroh. Siapa tahu kapan-kapan bisa jadi prasasti kenangan secara online J.

22 Januari 2017, aku dan beberapa teman pondok berencana pergi takziah. Kali ini hendak takziah ke rumah Nia Noviana, ibunya meninggal Sabtu kemarin (21/01). Kami sebanyak 13 orang, terdiri dari 9 perempuan dan 4 laki-laki pergi pukul 07.30. Yang perempuan meliputi aku, Luluk, Bu Nayla, Mbak Cho, Fidhoh, Mbak Erni, Mbak Muji, Mbak Ani, dan Zakiyah, sedangkan yang laki-laki ada Kang Rozat, Kang Ulin, Kang Baha, dan Gito.

Mendung dan kelabu langit mengiringi laju motor kami dalam keramaian jalan Semarang-Pemalang. Ya, rumah sahabat kami yang sedang berduka ini berada di Pulosari, Pemalang. Perjalanan yang kami tempuh alhamdulillah tidak mengalami kendala yang berat, meskipum salah satu dari teman perempuan kami dan dua orang teman kami ada yang terjatuh, tapi masih bisa diatasi dan tidak parah.

Setidaknya ada empat atau lima kali kami berhenti untuk menanti teman yang masih ketinggalan di belakang. Motoran dengan jumlah cukup banyak memang tak gampang untuk bisa beriringan selalu. Ada kalanya dua motor melaju jauh di depan, ada kalanya empat motor tertinggal di belakang. Menurutku, tak apa meskipun agak lama karena berhenti asal kami selamat sampai tujuan.

Perjalanan kami cukup susah ketika melewati jalan Pekalongan kota. Jalanan yang beraspal dan kurang luas itu hanya membolehkan kendaraan roda empat melewatinya, sedangkan kami yang memakai motor tersisih ke tepi, ke jalan yang rusak dan banyak genangan air. Di sinilah dua teman kami sempat terjatuh karena tergelincir. Ada juga seorang ibu dan anaknya yang kecil jatuh di genangan air, mungkin karena licin. Yah, melakukan perjalanan di musim hujan memang harus ekstra hati-hati.

Kami juga sempat diguyur hujan di Kota Batik ini, vroh. Tapi nggak papa, kami udah sedia payung, eh jas hujan sebelum hujan kok, jadi nggak kebasahan deh. Lagian hujan yang mengguyur juga cuma beberapa saat doang, nggak deres pula.

Perjalanan Semarang-Pemalang kami tempuh dalam waktu sekitar 4,5 jam. Kami sampai di alun-alun Kota Pemalang pada pukul 12.00. Sebagai muslim yang baik kadang-kadang, sih :D) kami menjalankan kewajiban menunaikan sholat Dhuhur yang dijamak qashar dengan Ashar. Sholat jamak qasar ini kami lakukan karena kami sudah menempuh perjalanan sejauh lebih dari 83 km dan bukan untuk tujuan buruk. Setelah jamaah jamak qashar dilakukan, kami sempat berunding sebentar nih, terkait makan dulu atau lanjut dan ke rumah Mbak Isti dulu atau Nia.

Oh ya, lupa kuceritakan. Selain takziah, kami juga hendak menjenguk Mbak Isti yang kemarin jatuh saat perjalanan pulang. Berhubung tujuan kami sama, jadi sekalian. Dan pada akhirnya diputuskan untuk ke rumahnya Nia dulu, tujuan utamanya. Setelah itu baru ke rumah Mbak Isti.

Perjalanan menuju rumah Nia menurutku cukup menyenangkan. Meskipun pegunungan, jalanan di sini termasuk bagus topografi serta fisiknya. Jalanan beraspal dan halus serta tidak banyak tanjakan dan belokan. Pulosari terletak di kaki Gunung Selamet.

Rombongan kami tiba di rumahnya pukul dua siang. Lalu kami menyempatkan tahlilan di makam ibundanya. Rupanya makam ibundanya di belakang rumah, di tegalannya sendiri. Entah mememang harus seperti itu atau memang khusus Nia sendiri. Sepertinya pilihan kedua sebagai jawaban yang dapat diverifikasi kebenarannya.

Di sana, kami juga dijamu jajan dan makan siang. Aku tak mengerti, seorang keluarga yang kesusahan malah memberi makan tamunya. Apa karena kami dari jauh atau memang sudah adatnya seperti itu.

Pukul 4 sore, kami undur diri dan segera meluncur ke rumah mbak Isti. Saat kami hendak pualng, datanglah teman lain, Kang Gulam dan Kang Barok. Tapi, berhubung kami sudah lama, jadi ya “see you and good bye” deh :D

Kami serombongan sampai di rumah Mbak Isti pas magrib. Waktu itu, kami semua hampir saja nyasar, tapi nggak jadi. Alhasil, kami di rumah Mbak Isti dan nginep di snaa karena malam itu hujan turun deras. Lagipula, kami juga sudah lelah, jadi charger tenaga dulu alias tidur :D
Mbak Isti kondisinnya luka di bagian kaki kanan, tepatnya dijempol kakinya dagingnya cuil. Yah, pasti sakit sekali itu, ditambah badannya yang jatuh pada pegal semua.

Di rumah Mbak Isti, kami berbincang dan tentunya obrolan seputar anak-anak kepala dua, apalagi kalau bukan tentang j.o.d.o.h. bahkan, tadi di rumahnya Nia juga begitu. Terutama Sugito, dia malah jadi bahan sit down comedy karena obrolannya bisa jadi lawakan.

Pagi-pagi sekali, pukul 03.00 dini hari, setelah qiyamul lail (bagi yang melaksanakan), kami langsung cus wussss lagi ke Semarang. Jalanan sepi, hanya satu dua truk yang kami salip, selebihnya hanya motor dan beberapa mobil. Bahkan, dalam dua jam, kami sudah sampai ke Batang, ckckckc cepeet banget, vroh.

Selama di perjalanan, meskipun sepi, kami sempat terjeglog karena jalan yang berlubang dan pencahayaan kurang, maklum menjelang subuh. Beberapa kali aku dan Luluk juga tersandung lubang sampai membuat kami deg-degan. Malahan, plat motor Mbak Choir sempat jatuh karena motornya dalam kecepatan cukup cepat dan tersandung lubang.

Di sini, aku bisa mengambil pelajaran berharga bahwa dalam ritme kehidupan yang tenang bak aliran air di kuara sungai, kita harus tetap waspada. Jika dalam bahasa Jawa selalu dikenalkan dengan istilah tansah eling lan waspada, selalu ingat dan waspada. Maksudnya, selalu ingat kepada Allah, yang Mahamemiliki dan senantiasa berhati-hati dalam kehidupan. Meskipun hidup sedang tenang dan nyaman serta bahagia, tidak menutup kemungkinan badai itu datang dan mengguncangkan. Jadi, selalu bersikap hati-hati dan ingat pada Allah itu sangat perlu.

Pelajaran kedua, syukurilah dan sayangilah kehadiran kedua orang tuamu, selagi hayat masih dikandung badan, selagi nafas masih memeluk oksigen, dan selagi diri ini mampu, lakukanlah walau dengan cara yang sederhana. Kadang, orang tua itu tidak menuntut banyak, hanya sedikit pun kadang mereka merasa sudah lebih dari cukup.

Nah, vroh. Jadi ini pengalamanku kemarin pas touring Semarang-Pemalang-Semarang dalam waktu 24 jam. Semoga Nia dan Mbak Isti senantiasa diberi kesabaran dan ketabahan serta Mbak Isti diberikan kesembuhan segera dan Nia diberikan semangat hidu dan keoptimisan kembali. Amin...


Followers