Wednesday 18 February 2015

Bayi Malang yang Terbuang

              Aku lahir di negeri antah berantah nun jauh di desa Gabus. Waktu aku lahir terjadi peristiwa yang menggemparkan dunia maya. Katanya, aku tidak menangis ketika aku lahir, tapi justru ibu yang menangis. Semua orang yang menyaksikan kelahiranku waktu itu sangat terkejut. Mereka terkejut lantaran lantaran aku tidak diketahui jenis kelaminnya.
                Aku terlahir berbeda dari kebanyakan bayi yang lahir imut-imut dan montok. Kalian mungkin tidak akan percaya dengan ukuran tubuhku waktu aku lahir. Hanya sekepalan tangan, tapi bukan premature atau malah aborsi. Aku adalah bayi yang lahir menurut priode normal.

                Namun sungguh malang nasibku saat itu. Ibu bahkan rela membuangku di gudang dengan memasukkanku di dalam kardus. Kardus itu diberi alas kain hangat dan aku di taruhnya di dalam. Tak lupa juga selimut untukku. Setiap malam aku selalu merasa kesepian dan sendirian. Aku sering menangis, namun ibu tak pernah mendengarnya karena suaraku yang pelan, yang tak bisa menjerit keras. Meski aku diberi ASI (Air Susu Instan) beberapa kali, aku tetap tidak puas. Yang aku mau hanyalah buaian kasih sayang dari ibu. Namun ibu seakan tak peduli lagi padaku. Aku bagaikan anak yang terbuang! Duhai Tuhan, apa salahku sehingga ibu tega membuangku, putranya sendiri.

                Keesokan harinya, aku merasa dingin yang begitu hebat menjalari seluruh tubuhku. Dengan kesadaran di ujung tanduk, aku mendengar ibu berkata pada seseorang. “Kalau kamu sempet, sana gih diberi susu.” Belum sempat susu itu datang, aku sudah tak sanggup lagi bernapas. Ya, jantungku melemah dan sebentar lagi nampaknya akan berhenti. Mungkin ini terjadi lantaran aku sudah memegang tiket berpetualang ke alam barzah dan pagi ini jadwal penerbanganku. Jelas jadwal itu tak bisa ditunda atau dimajukan.

                Dari atas ku lihat ibu mengubur jasadku di pekarangan rumah bersama seseorang. Orang itu bertanya, “ Ibu, kasihan sekali ya bayi kucing kita, baru tadi malam ia lahir, eh pagi-pagi sudah game over alias mati.”

                “Iya, Nak. Karena kita tak pernah tahu kapan makhluk hidup akan mati. Lagian ibu senang kok, setidaknya kucing kita tidak jadi berjumlah sepuluh. Hehe...,” kata ibu (ibu majikan si ibu kucing) dengan terkekeh sembari menutup lubang kuburan.

kucing-humor.jpg 

                  Walah, gan. Bacanya santai saja ya? Atau udah tegang di depan waktu baca judulnya?? Ini Cuma humor, gan. Maaf kalau sudah menyita waktu kalian, gan. Tapi gak papa kan? Setidaknya bisa menghilangi stress, atau malah tambah stress, gan??? biggrin


baca juga di sini => http://aisyah19.heck.in

1 comment:

  1. bener lho udah tegang aj pas liat judulnya hahhaha...

    salam kenal,jgn lupa mampir ya :D

    ReplyDelete

kritik dan sarannya semogaa bisa membantu :)

Followers