Saturday 17 January 2015

Barang Haram Merusakku





        Gue AlfinoAlfiansyah. Gue punya saudara tiri yang begitu disayang sama orang tua gue,namanya Kevin Pranata. Hal ini menyebabkan gue iri sama dia. Gue ngerasa nggak pernah disayang papah sejak kehadirannya. Papah lebih sering merhatiin dia daripada gue. Padahal gue anak kandungnya.
 

        Karena didorong rasa iri dan benci yang begitu besar sama saudara gue, tanpa pikir panjang gue membunuhnya. Ya. Gue membunuhnya dengan menjatuhkannya ke dalam jurang. Sampai sekarang mayatnya belum dhtemukan. Sekarang gue menyesal telahmelakukan perbuatan itu dan kini hidup gue berakhir di dalam LP di sebuah pulau terpencil di selatan Pulau Jawa. Nusakambangan, di sini gue terlempar.

FLASHBACK

        "Dasar anak nggak tahu diuntung, nggak punya malu juga! Kerjanya cuma foya-foya.Sekalah nggak bener, nilai merosot dan selalu dapat surat teguran dari sekolah.Dan sekarang malah ikutan balapan motor yang nggak jelas begitu. Kalau begini terus kamu nanti mau jadi apa Fino?"
        Papah marah-marah gara-gara gue ikutan balapan motor dan selalu pulang tengah malam atau kadang malah keesokan harinya. Papah selalu ngeliat gue dari sisi negatif.Padahal gue kayak gini supaya dapat perhatian, bukan makian.
        Gue sedih dengan sifat papah yang berubah. Gue cuma dianggap patung berjalan, seakan gue telah mati seiring kepergian mamah. Dia nggak seperti dulu yang penyayang dan penyabar. Dia lebih sering berbicara kasar daripada lemah lembut denganku. Gue kangen sama keluarga gue yang dulu
        "Daripada kamu tiap malem balapan liar, mending kamu belajar bareng Nata. Biar kamu nggakjadi anak bodoh dan hidup cuma nyusahin orang."
        Mendengar omelan papah kuping gue jadi panas. Dia tak jemu-jemunya menyebut Nata dan beda-bedain gue dengannya. Emangnya dia siapa sih sampai bisa bikin papah sayang sama dia. Dia kan cuma anak tiri. Kenapa juga dibanggain.
        Gue sebe ldengan papah karena selalu membanggakan Nata sebagai "the best son".Semua yang baik-baik selalu Nata dan yang jelek-jelek selalu gue. Gue pun pergike kamar karena telinga gue panas dan membiarkan papah ngomel sendirian sambilmarah-marah neriakin gue dengan kata-kata kasar. Gue cuek aja, peduli amat.
###
        Setelah rapi dengan seragam gue, gue pun turun dari kamar dan bersiap untuk sarapan pagi.Baru saja mau menuju meja makan, gue udah ngerasa kenyang gara-gara lihat Nata.Mood makan gue lenyap bersamaan dengan mulut gue yang tiba-tiba menguap.Apalagi ditambah dengan Nata yang memasang muka sok baik di depan papah. Guengerasa pengen muntah.
        Tanpa basa basi dan dengan sikap acuh tak acuh, gue langsung aja nyelonong pergi tanpa pamitan ke papah dan mamah. Belum sampai kaki gue ngelangkah keluar, papah udah manggil gue dan nyuruh gue pamitan. Terpaksa gue menuruti kemauan papah. Gue berbalik 180 derajat dan menghampiri papah lalu mencium tangannya. Ketika mamah meyodorkan tangannya, gue hanya melihatnya. Papah memandangku dengan mata melotot, tapi gue nggak takut. Dari pada masalah, mending gue langsung cabut.Dan sayup-sayup terdengar sebaris kalimat dari mulutnya, "Mungkin diabelum bisa menerimaku."
        "Bukanbelum bisa, tapi tidak akan pernah bisa. Boro-boro gue cium tanganmu, pegangaja ogah. Sorry ya..." bantah gue dalam hati.
###
        Kalau dibilang bandel, gue adalah anak bandel dari semua yang bandel. Faktanya guesering bolos sekolah dan lebih milih nongkrong bareng geng motor gue. Kalauudah malem, gue biasanya ikutan balapan liar atau pesta di club-club bareng geng gue. Melakukan transaski narkoba, memakai, dan berpesta ditemani parawanita-wanita surga dunia. Terus kalau udah gitu, gue pulang pagi dengan muka kusut marmut dan bau alkohol. Lagi pula hidup cuma sekali, jadi harus dinikmati sebaik mungkin. Prinsip inilah yang menyatukanku dengan kehidupan hedoni sseperti ini.
        Hari ini gue sedang bolos sekolah di salah satu rumah temen gue. Soalnya ada hal penting yang harus diselesaikan.
        Selain gue bolos karena alasan ini, gue juga bolos karena guru mapel Akutansi dan BahasaItalia yang killer abis. Setiap kali pelajaran ini, entah menanggung karma apa,gue selalu sial dan sial. Ditambah lagi kesialan itu tak pernah berkurang atau bertambah.
        "Gimana Fin, barangnya?" tanya Todi.
        "OK,"jawab gue singkat.
        "Hm,baguslah," ujarnya gembira.
        Hari ini gue transaksi bubuk putaw karena sudah tak kuat menanggung sakaw. Sekujur tubuh gue rasanya dingin seperti es balok. Inilah yang tadi gue bilang sangat penting. Lebih penting daripada yang lain.
        "Malam ini loe nggak keberatan kan, kalau gue nginep di rumah loe? Gue males pulang kerumah."
        "OK.No problem. Anggap aja seperti rumah sendiri."
        Aku tahu sementara ini ia tinggal bukan bersama orang tuanya, tetapi dengan pembantu dan tukang kebunnya. Maklumlah, orang tuanya kan punya beberapa restoran di luar kota, mungkin mereka sedang mengunjungi salah satunya. Jadi aku berani nginep di rumahnya.
###
        Pagi ini gue pulang ke rumah dalam keadaan mabuk berat. Gue yakin pasti papah marahin gue lagi kalau ngeliat gue kayak gini. Ah bodo amat, yang penting gue pengen cepet-cepet tidur di kasur gue yang paling nyaman.
        Sebelum gue sempat melangkah ke tangga, papah udah manggil gue dengan suara khasnya.
        "Darimana saja kamu?" tanya papah. Raut wajahnya nampak sekali sedang marah.
        Gue diem aja. Ogah jawab.
        Papah menambahkan lagi, "Pasti kamu mabuk-mabukan lagi tadi malam. Mau sampai kapan kamukayak gitu? Apa kamu baru mau berhenti kalau liat papah sudah jantungan danmiskin, hah?"
        "Papah nggak mau tau sih apa yang Fino pengen. Papah juga udah nggak perhatian lagisama Fino. Papah sudah berubah nggak seperti dulu, kejam. Semua itu karena Natasialan itu. Papah lebih menyayanginya ketimbang anak kandung papahsendiri!" Aku berteriak penuh emosi hingga kurasakan keringat di tubuhku.
        "Jaga bicaramu!" Papah emosi dan menampar pipi gue dengan keras sampai keninggue terbentur tembok di belakang gue.
        Tiba-tiba Nata datang dan menolong gue. Dia tampak kasian sama gue, seolah-olah pengen belain gue. Cih, dasar cacing! Dia pikir gue akan tersentuh lalu minta maaf atas kelakuan gue padanya selama ini. "Jangan ngarep, deh!" batin gue.
        "Lepasin gue! Dasar najis!" Gue mengibaskan tangannya dari lengan gue karena kesal.Dia diam saja mendengar makian gue. Sakit hati kali dia mendengar makian gue,tapi baguslah.
        "Fino! Bisa nggak sih kamu berbuat baik sama Nata? Dia itu saudaramu," bentak papah.
        "Maaf pah. Fino nggak punya saudara seperti dia dan sampai mati pun Fino nggak akan menganggapnya sebagai saudara Fino. Permisi."
        Gue langsung cabut ke kamar gue dan membaringkan tubuh gue lalu tertidur pulas tanpa mandi.
###
        Selama ini gue selalu mencoba buat nyelakain Nata. Pokoknya hidup gue bakalan nggak tenang kalau cecunguk itu masih hidup. Segala cara sudah gue lakuin. Tapi sayangnya tak ada satu pun cara itu yang berhasil.
        Akhirnya gue dapet ide untuk menyelakainya secara baik-baik. Gue bakal pura-pura baik dan menghentikan kebiasaan buruk gue. Terus gue bakal minta maaf ke mereka atas perilaku gue selama ini.
        Hari ini gue pengen ngajak Nata liburan ke suatu tempat. Gue ngerahasiain tempatnya supaya nggak ada yang tahu. Gue akan ngajak dia ke tempat yang jauh yang kira-kira mereka nggak tahu. Gue pergi cuma berdua dengannya.
        "Istirahat bentar ya! Gue capek, nih," pinta gue.
        "Yadeh."
        Gue keluar dari mobil dan berdiri di samping mobil untuk merefleksikan otot-otot gue yang lelah. Jalan ini amat sepi karena naik gunung. Ketika gue menoleh ke tepi jalan, Dewi Fortuna sedang tersenyum. Di sana ternganga jurang yang besar dan curam. Ini kesempatan jitu buat bunuh Nata sekarang juga. Gue jamin dia pasti bakalan mati seketika.
        Gue puncari ide gimana supaya dia bisa jatuh ke situ.
        Dan...AHHAA!
        Gue pura-pura jatuhin Hp gue ke jurang itu lalu meminta tolong padanya supaya mengambilnya.
        Awalnya dia nggak mau dan takut. Namun karena aku memohon-mohon, akhirnya dia mau juga.
        "Loe turunnya hati-hati. Gue bakal megangin tangan loe kalo seandainya loe terpeleset dan jatuh."
        Dia hanya mengangguk. Kemudian celingak-celinguk di semak-semak tempat sekiranya Hp guejatuh. Ketika dia menginjak ke salah satu batu yang berlumut, dia pun tergelincir. Gue pun reflek memegang tangannya dan menariknya.
        "Pegang tanganku erat-erat dan aku akan menarikmu," kataku pura-pura. Padahal kalau pun aku menariknya, toh dia juga bakalan jatuh karena tanganku licin akibat keringat.
        Aku mencoba menarik kuat-kuat dengan harapan ia tetap akan jatuh. Dan akhirnya.....
        "Aaarrrgghhh.......!!!!Bruukk....buk....buk..."
        Terdengar suara debuman dan jeritan ke bawah. Makin lama jeritannya makin tak terdengar.Aku bangga dalam hati.
        "Haha,mampus juga loe! Hahaha..."
        Gue pun masuk mobil dan pergi dari situ.
###
        Seminggu kemudian gue pulang ke rumah dan mengaku kalau Nata hilang sewaktu kami menjelajahi hutan. Mamanya pingsan dan papah kaget. Papah memarahiku habis-habisan. Lalu mereka sibuk menghubungi polisi untuk mencarinya.
        Pencarianpun dilakukan secara besar-besaran. Seminggu. Dua minggu. Sebulan. Dua bulan.Setengah tahun. Nata belum juga ketemu. Gue pun berpikir kalau dia emang bener-bener mati. Baguslah kalau emang itu yang terjadi. Setidaknya nggak adalagi benalu dalam hidup gue untuk selama-lamanya. Hahaha...
        Namun tetap saja gue nggak bisa ngerasain kenikmatan hidup karena gue kena razia narkoba sewaktu gue pesta ekstasi merayakan kemenangan.
        Dasar SIAL!!!
        Atau emang sejak lahir gue udah bawa gen sial???

TAMAT




Followers