Thursday 3 September 2015

Tata Cara Pengantin Jawa

Pernikahan Ustadz Ubaid dan Ella


Pernikahan adalah suatu prosesi sakral yang dilaksanakan ketika seorang remaja sudah dewasa dan siap menjalani kehidupan rumah tangga. Hal ini sebagai bentuk perlindungan terhadap status sosial di mata masyarakat, di mana dengan adanya pernikahan semua yang berhubungan dengan kehidupan suami-istri menjadi sah dan terjamin.
Tradisi pernikahan di setiap masyarakat tentu memiliki tata caranya masing-masing, begitu juga dengan masyarakat Jawa. Ada beberapa proses yang perlu dijalani di pra dan pasca pernikahan. Tentunya semua itu dilaksanakan secara sistematis. Di bawah ini, saya menyajikan urut-urutannya setelah browsing di sana sini.
·                    Tahap Pertama
Di tahap pertama ketika kedua kekasih sudah siap membina rumah tangga, maka diadakan lamaran dimana calon suami beserta orang tuanya mendatangi pihak keluarga calon istri. Tahap ini bisa juga disebut dhodhog kori ( kori= pintu).
·                    Tahap Kedua
Di tahap kedua ini terdiri dari:
1.      Srah-srahan
Dalam acara srah-srahan pihak pengantin pria membawakan seperangkat benda berupa cincin emas, makanan tradisional, busana wanita, buah-buahan, daun sirih dan uang. Masing masing memiliki makna yaitu:
a.  Cincin Emas yang berbentuk lingkaran memiliki makna bahwa cinta mereka akan terus kekal abadi tanpa putus.
b.  Seperangkat busana wanita melambangkan bahwa seorang wanita harus pandai menjaga rahasia bersama.
c.   Perhiasan dari emas, permata, atau berlian melambangkan arti bahwa seorang wanita sebaiknya senantiasa bersinar dan menyenangkan bila dipandang sehingga tidak membuat kecewa.
d.  Makanan tradisional seperti gemblong, jenang, wajik, dan lapis yang semuanya terbuat dari ketan bermakna cinta mereka akan terus lengket dan bersatu selamanya.
e.  Buah-buahan memiliki makna agar cinta mereka menghasilkan buah kasih yang bermanfaat bagi mereka dan sesama.
f.    Daun sirih memiliki dua rupa berbeda antara muka dan belakangnya, tetapi tetap sama rasanya. Hal ini memberi makna bahwa meskipun memiliki perbedaan, akan tetapi tetap satu cinta dan satu tujuan.
2.      Peningsetan atau tukar cincin memberi arti kesatuan dua cinta.
3.      Asok Tukon yaitu berupa uang tunai sebagai simbol seorang pria yang meringankan beban keluarga wanitanya.
4.      Gethok Dina yaitu penentuan tanggal pernikahan dan biasanya dilakukan oleh sesepuh yang paham mengenai hitungan primbon jawa.

·                    Tahap ketiga
Di tahap ketiga merupakan tahap siaga dimana urut-urutannya sebagai berikut:
1.      Sedhahan meliputi perangkaian rencana pelaksanaan pernikahan dan membuat undangan.
2.      Kumbakarna. Tahap ini keluarga yang berhajat mantu mulai menyusun bagaimana pelaksanaannya nanti, mengundang sanak family, kerabat, tetangga, bahkan kenalan untuk ikut berpartisipasi.
3.      Jenggolan/Jonggolan biasa disebut tandhakan atau tandhan dimana kedua calon pengantin melapor kepada KUA.


·                    Tahap Keempat
1.    Pasang tratag dan tarub
Hal ini sebagai bentuk penandaan bahwa akan ada hajatan di rumah tersebut. Tarub biasanya berupa hiasan janur kuning, hiasan warna-warni, kolak ketan, nasi uduk, nasi asahan, nasi golong, dan apem.
2.    Kembar Mayang
Merupakan bentuk pohon pisang yang dihias dan berjumlah dua (kembar). Mayang berarti bunga pohon jambe atau biasa disebut sekar kalpataru dewandaru sebagai lambang kebahagiaan dan keselamatan. Jika acara mantenan sudah selesai, biasanya akan dibuang di perempatan jalan, sungai atau laut dengan harapan agar selalu ingat asal-usulnya dan Tuhan Yang Maha Esa.
3.  Pasang Tuwuhan atau pasren
Pemasangannya di depan pintu masuk yang menuju tempat duduk pengantin. Tuwuhan berarti tumbuh-tumbuhan yang masing-masing memiliki makna.
·        Pohon pisang raja memiliki makna kelak kehidupan keluarganya akan berjalan bijaksana dan memperoleh kemuliaan seperti raja.
·        Bambu wulung. Melambangkan pesan dan harapan akan kekuatan dan sentosa dalam keluarga.

·        Tebu wulung. Tebunya biasanya berwarna merah tua dan manis dengan makna kelak menjalani kehidupan yang enak. Sedagkan wulung berarti sepuh/tua, diharapkan dapat menjalani kehidupan dengan bijaksana layaknya orang tua.
· Janur Kuning. Melambangkan keindahan dan kemenangan. Janur singkatan dari sejatining nur, artinya hidup harus senantiasa bertaqwa kepada Allah.
·        Cengkir Gadhing. Cengkir gadhing adalah bakal buah kelapa yang berwarna kuning. Merupakan simbol dari kandungan calon jabang bayi.
·        Daun randu dan padi. Daun randu melambangkan sandang dan padi melambangkan pangan. Jadi maksudnya ialah menjadi keluarga yang cukup sandang dan pangan.
·        Godhong opo-opo. Tersusun dari daun beringin dan ilalang. Daun beringin bermakna mengayomi dan daun ilalang bermakna terhindar dari rintangan.
·        Daun Kluwih. Kluwih berarti luwih-luwih atau lebih. Bermakna menjadi keluarga yang serba lebih dan bisa beramal kepada sesama.
·        Daun Andong. Bentuknya yang lurus bermakna dapat meluruskan tingkah laku yang salah.


4.  Siraman
Siraman dilakukan oleh calon pengantin. Diambil dari tujuh sumber air yang ditaburi bunga setaman, berupa mawar, melati, dan kenanga. Air yang dicampuri bunga setaman tadi disebut Banyu Perwitosari. Sebelum siraman dilakukan, Duto saroyo atau orang yang dikirim pihak pengantin putri membawa sabagian air ini untuk digunakan siraman oleh calon pengantin pria.
5.  Adol Dhawet
Prosesi adol dhawet ini dilakukan setelah selesai siraman dimana yang menjual dhawet adalah ibu calon pengantin wanita dan dipayungi oleh sang bapak (romantis banget yah J). Pembelinya adalah para tamu dengan menggunakan kreweng (pecahan genting dari tanah liat). Maknanya agar kelak ketika prosesi resepsi banyak tamu yang datang sehingga banyak rezeki.
6.  Midodareni
Acara midodareni dilakukan di malam sebelum akad nikah. Merupakan acara pelepasan masa lajang bagi kedua calon pengantin. Midodareni berasal dari kata widodari yang berarti bidadari. Hal ini diharapkan keadaan pengantin nanti cantik seperti Dewi Kamaratih dan Dewa Kamajaya.

·                    Tahap Kelima
Di tahap kelima ini terdiri dari:
1.   Ijab Qabul
Tahap ini merupakan tahap inti pernikahan, dimana ijab disampaikan oleh bapak mempelai wanita atau penghulu dan qabul diucapkan oleh mempelai pria. Disaksikan oleh orang tua, kerabat dan tetangga.
2.  Upacara panggih
Upacara panggih adalah serangkaian upacara yang diawali dengan temu pengantin yang biasa diiringi lancaran Kebogiro. Secara sistematis, upacara panggih dimulai dari:
a.  Liron kembar mayang yaitu saling tukar kembar mayang antar pengantin yang bermakna satu tujuan dalam mencapai kebahagiaan dan keselamatan.

b.  Gantal atau Balangan Gantal yaitu kedua pengantin saling melempar selembar daun sirih yang digulung dengan benang putih dengan makna semua godaan akan hilang terkena lemparan itu.
c.   Ngidak Tigan sebagai simbol seksual di antara kedua pengantin. Pengantin pria menginjak telur dengan salah satu kakinya. Kemudian sang mempelai perempuan mencuci kaki pengantin pria. Hal ini bermakna semoga keturunannya nanti bersih dari perbuatan kotor.
d.  Minum air degan. Air degan digunakan sebagai lambang air suci (mani).
e.  Di kepyok dengan bunga warna-warni. Harapannya agar keluarga yang akan dibina akan menjadi keluarga sejahtera.
f.    Masuk ke pasangan. Ini memiliki makna bahwa kedua pengantin siap menempuh hidup berkeluarga.
g.  Sindur (Isin mundur), berarti pantang menyerah dimana ketika membina keluarga diharapkan siap  menghadapi tantangan lahir batin.
3.      Setelah melalui tahap panggih, penganten diiring di sasana riengga dan dilangsungkan prosesi yang selanjutnya, yaitu:
a.  Timbangan. Bapak pengantin pria duduk diantara sepasang pengantin. Kaki kanan diduduki oleh pengantin pria sedangkan pngantin kiri diduduki pengantin wanita. Hal ini menunjukan bahwa kedua pengantin sudah seimbang.
b.  Kacar kucur. Pengantin pria mengucurkan beras dan uang receh beserta ubarampe lainnya pada pengantin wanita dengan lambang akan memberi nafkah kepada keluarga.
c.   Dulangan. Kedua mempelai saling menyuapi makanan dan minuman. Ini melambangkan cinta kasih. Dalam upacara dulangan ada juga tutur adilinuwih dalam bentuk sembilan nasi tumpeng.
d.  Sungkeman, merupakan bentuk ungkapan bakti anak kepada orangtua. Diawali dari sungkem/ berlutut di orang tua mempelai wanita kemudian mempelai pria.

No comments:

Post a Comment

kritik dan sarannya semogaa bisa membantu :)

Followers