Wednesday 31 May 2017

Tragedi Asmara Rama Sinta

“Engkau pantas dicintai, tapi hatimu tak akan mampu dimiliki oleh siapapun. Karena dalam dirimu hanya ada keraguan dan kepengecutan yang ditimbulkan orang lain.”
ilustrasi Rama dan Sinta


Masih ingat sebuah cerita tentang Rama Sinta? Ah, tentu saja kau ingat, kawan. Itu adalah cerita yang berabad-abad lamanya menjadi momok di dunia asmara.
Apakah Rama dan Sinta adalah wujud cinta sempurna?

Bagiku tidak, kawan. Cinta mereka memang telah digariskan keabadian, bahwa Rama titisan Wisnu selalu berjodoh dengan Laksmi yang menitis pada Sinta. Engkau percaya atau tidak, terserah. Tapi begitulah buku dan sejarah mengatakannya berulang-ulang.

Bagiku, melihat dari sejarah dan gubahan yang sudah bejibun versinya, cinta Rama dan Sinta adalah cinta yang tragis. Tragis karena sepertinya hanya Sinta yang berani jatuh, Rama tidak. Sinta yang telah banyak berkorban dan masih pula disalah-salahkan. Sungguh, wanita semacam Sinta adalah wanita yang hebat. Mungkin banyak juga wanita-wanita hebat yang kuat –kalau tidak mau disebut terpaksa– menanggung beban seperti Sinta ini.

Tragis lagi karena meski sudah dibuktikan berkali-kali oleh Sinta, Rama tetap tak percaya. Oh tunggu, bukan tidak percaya, mungkin Rama hanya takut dituduh tidak bijaksana. Iya, sebagai raja apa kata rakyat jika memiliki permaisuri yang sudah lama ditawan orang asing. Dan dalam reputasinya, orang tersebut mampu menundukkan banyak wanita yang levelnya di atas Sinta. Padahal, jelas di depan mata siapa saja, bahwa Sinta telah rela melompati kobaran api demi membuktikan kesuciannya. Bukankah tulusnya cinta cukup dengan saling percaya? Hmm... barangkali hal itu untuk memvalidasi kebenaran di depan rakyatnya.

Tapi Rama punya kuasa. Kenapa tak menggunakan kuasanya untuk mempengaruhi praduga raktyat Ayodya? Bukankah Anoman sudah menasihatkan padanya? Kenapa kau begitu pengecut?

Lalu, mengapa Rama mau memperjuangkan Sinta jika ia tak percaya? Dan kenapa Rama mengusir Sinta hanya karena Sinta hamil dan desas desus mengatakan itu bukan anak Rama?

Rama oh Rama, titisan Wisnu yang menderita. Titisan Wisnu yang menjadi tertawaan seluruh Ayodya, bahkan mungkin Rahwana yang telah tiada. Coba saja jika Rama mau berpikir sejenak. Kenapa pula pujaan yang diperjuangkan dengan susah payah, dengan menghancurkan seluruh Alengka yang bahkan rakyatnya tak tahu apa-apa, membawa pasukanmu yang rela mati, menumbuhkan para janda-janda yang suaminya mati berperang bersamamu, dan mengajak balatentara kera yang gagah berani. Tapi, kau justru membiarkan Sinta, menjadi terlunta-lunta. Dimana rasa cinta Rama? Atau minimal, dimana rasa kasihannya??

Aku tak hendak menghakimi Rama. Aku tak hendak menyalahkanya pula. Benar atau salah biar ditafsirkan sendiri oleh mereka yang membaca Ramayana. Hanya saja, sebagai pembaca kok ya saya jadi greget sendiri. Memang kisahnya tak bisa disamakan dengan kisah-kisah Disney yang aduhai membuai itu –dimana sang putri selalu bersama pangeran. Tapi bagiku, kok ya sampai sebegitunya. 

Kan Rama raja, punya harta punya kuasa. Kenapa tidak mempengaruhi praduga para rakyat Ayodya. Kenapa ia tak memutarbalikkan fakta seperti pemerintahan modern sekarang. Iya to, lha wong sejarah aja bisa dimanipulasi kok, masa hidup pribadi Rama sendiri dibikin sensasi jadi mlempem.

Hanya saja sebagai wanita, aku berharap Rama tak menitis lagi kepada para laki-laki di muka bumi ini. Semoga, semoga yang kemungkinan tersemogakannya hanya 1-10%. 

No comments:

Post a Comment

kritik dan sarannya semogaa bisa membantu :)

Followers