Wednesday 10 May 2017

Pendidikan Perempuan, Pendidikan Generasi

para calon ibu


            Masalah ekonomi menjadi masalah pokok sebagian keluarga tanah air. Di beberapa kota, seperti Kota Pati, banyak salah satu atau dua anggota keluarga  yang memilih untuk merantau ke luar daerah/negeri. Penulis rasa tak hanya di Pati, hal ini juga terjadi di bebarapa daerah di Indonesia. Bahkan tak jarang ibu-ibu –yang seharusnya mengasuh anak dan keluarga – juga tak mau ketinggalan.
            Tak ada yang patut di salahkan jika toh akhirnya mereka –para ibu-ibu– menggantikan peran suaminya sebagai tumpuan keluarga. Banyaknya kebutuhan pembantu rumah tangga di luar sana sedikit memberi solusi bagi mereka yang tak punya pekerjaan dan bependidikan menengah. Bukannya sang ayah tak sanggup, tetapi karena peluang seorang wanita bekerja di luar negeri lebih besar ketimbng pria, khususnya lowongan pembantu rumah tangga.
            Jika sudah seperti itu, peran masing-masing dalam keluarga akan beralih fungsi. Sang ayah yang seharusnya mencari nafkah justru berada di rumah untuk mengasuh anak, mengurus rumah, dan melakukan kegiatan sosial lain yang seharusnya dilakukan seorang ibu. Padahal, setiap ayah dan ibu sudah memiliki perannya masing-masing dalam keluarga, sehingga akan lebih optimal jika dilaksanakan secara bertanggungjawab.
            Seorang wanita tentu saja tidak akan bekerja jika kebutuhan nafkah sudah terpenuhi, apalagi bekerja di luar daerah. Dengan dukungan pendidikan yang layak, mereka akan memiliki bekal yang cukup untuk membantu menyokong kebutuhan ekonomi keluarga.
            Raden Ajeng Kartini, seabad lalu, telah menyuarakan gagasannya mengenai pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan. Suara itu mengambang hingga ke seluruh dunia di saat penduduk Indonesia belum memahami seberapa penting pendidikan bagi kaum perempuan, yang dulu masih pakem dengan konsep macak, masak, dan  manak. Bahkan, hingga sekarang pun, di beberapa desa di wilayah Indonesia masih memiliki stigma bahwa perempuan Indonesia cukup hanya sebagai ibu rumah tangga. Mereka masih beranggapan bahwa pendidikan hanya akan menghabiskan biaya. Lagipula pendidikan hanyalah untuk meperoleh pekerjaan yang layak.
            Padahal, di dalam sebuah keluarga, peran ibu sangatlah mendominasi. Seorang ibu membutuhkan pendidikan ekonomi agar mampu mengatur ekonomi keluarga, membutuhkan pendidikan ilmu umum dalam memberikan pendidikan dini pada anak, membutuhkan pendidikan kesehatan untuk menjaga kesehatan keluarga, dan masih banyak lagi. Keluarga akan harmonis bila sang ibu bisa mengurusnya dengan baik. Keluarga yang harmonis akan menciptakan karakter-karakter yang sehat dan bermutu. Selanjutnya, keluarga yang harmonis adalah cerminan dari masyarakat yang sehat. Masyarakat sehat menjadi cerminan negara dan bangsa yang sehat pula, baik secara fisik maupun psikis.
            Untuk menciptakan sebuah bangsa yang sehat harus dimulai dari masyarakat, masyarakat dari keluarga, dan keluarga dari peran seorang ibu. Mengambil kesimpulan dari uraian tersebut, maka seorang ibu haruslah berpendidikan yang layak untuk menciptakan generasi cerdas dan generasi cerdas lahir dari seorang ibu dan ayah yang cerdas.
            Oleh karena itu, program-program yang diusung untuk kemajuan sumber daya perempuan harus ditingkatkan, dikembangkan, dan dilestarikan, baik program dari pemerintah, masyarakat, organisasi, maupun individu harus saling mendukung dan mensukseskan untuk tercapainya sebuah tujuan bersama, yaitu bangsa yang beradap, bermutu, sehat, dan intelektual.
            “If you educate a man, you educated a man. If you educated a women, you educated a generation.” Brigham Young.


No comments:

Post a Comment

kritik dan sarannya semogaa bisa membantu :)

Followers