Betapa terkejutnya
dia melihat benda itu. Napas dan jantungnya serasa
berhenti.Kemudian dia merasa agak jengkel. Betapa tidak, benda keramat itu tak
ubahnya gula batu berbentuk kubus yang telah dirubung semut hitam karena
dibiarkan semalaman.
Dia jengkel dan merasa dibodohi. Hanya demi gula batu itu, dia harus
mengeluarkan uang yang tidak sedikit jumlahnya. Dan sekarang benda itu telah
dijadikan makan malam sekaligus sarapan para semut. Bagaimana dia bisa yakin
akan keampuhangula batu itu, kalau gula itu sudah kehilangan sebagian rasa
manisnya yangdirenggut oleh semut.
Dunia perklenikan
sering tidak masuk akal, membodohi sekaligus membohongi orang,pikirnya.
###
Suku Aztec,Gypsy,
Indian, Voodo. Bangsa kanibal, penyihir, vampir, werewolf.
Pembantaian,penindasan, pembunuhan, pertarungan. Kematian, tumbal, roh
gentayangan, darah.Pedang perak berkilat-kilat yang selalu siap menghujam
jantungnya. Semua itu,semua itu selalu menghantui mimpi-mimpi Aang dikala
terlelap.
Tak salah lagi jika Madi
berkata bahwa makin lama dia bisa gila. Gila, lalu
matipelan-pelan. Mati mengenaskan dalam tidurnya.
Mimpi-mimpi
buruknya itu telah meracuni otaknya. Telah bersemayam di sana, tak mau
pergi.Seakan telah mendapat tempat bak istana di sana. Mereka telah pula menghancurkan
hari-hari Aang. Karena meski tak bermimpi, ingatan Aang akan mimpinya
masih sangat jelas. Mereka telah mengambil sebagian hidup Aang.
Jiwa Aang yang terpenjara dalam bayang-bayang mimpi, melahirkan kenestapaan
dan kekelamanhidupnya. Seperti
yang telah ku katakan, dia hidup tapi jiwanya sakaratul maut.Meronta-ronta pun
bagai bulu melawan angin topan.
Kian harikian jelas kondisi Aang. Kedua orang tuanya baru menyadari jika
Aang sakit jiwa.Itu karena Aang selalu meminum pil anti tidur secara overdosis,
banyak minum air, dan anehnya dia selalu meracau tak jelas "Pergi...! Pergi kalian,...!" dengan suara serak
memilukan karena sering berteriak.
Tak
jarangkata-kata Voodoo, persembahan, tak mau mati, darah, keluar dari
mulutnya.Sungguh kasihan anak itu. Umurnya belum genap lima belas dan dia masih
belia.Masih tak tahu apa-apa dan harus memikul derita yang menyiksa mental dan batinnya.
Hampir dua tahun dia tersiksa. Matanya merah,
cekung dan sayu karena tak pernah tidur.Rambut hitam indahnya telah berubah
abu-abu, panjang sebahu, kusut dan tak terawat. Itu karena dia sering menjambak rambutnya. Kulitnya yang dulu
bersih,sekarang bersisik seperti sisik ular, mengerikan sekaligus
menjijikkan.Gigi-giginya tampak kekuningan jika menyeringai. Tulang-tulang
pipinya tampak menonjol dan kebiru-biruan. Tubuhnya
hanyalah tulang yang dibalut kulit tipis.
Dialah
manusia yang disia-siakan oleh nikmatnya kehidupan remaja, dalam balutan cinta
dan kasih sayang. Tak ada sekolah, tak ada teman, tak ada cinta, dan tak ada
pula kasih sayang. Bahkan kini orang tuanya tak lagi menyayanginya seperti
dulu. Mereka membiarkannya terkurung dalam ruangan sempit dan pengap yang tak
lain adalah kamarnya dulu.
Jika memasuki
kamarnya, jangan bayangkan seperti gudang. Kondisinya lebih parah daripada gudang. Tak
ada yang membersihkan lagi seperti dulu. Semua tergeletak sesuka
hati. Jangan pula bayangkan bau apek, karena bau amislah yang menjadi pengharum
kamarnya. Tak lain adalah bau darah kering akibat dia selalu mencoba bunuh
diri, tapi selalu gagal. Sang perawat beserta rekannya -yang didatangkan khusus
dari RSJ- akan mengatasinya dengan memasukkan cairan bening lewat jarumsuntik.
Jika sudah begitu, dia akan istirahat sejenak.
Suatu ketika
dia terperanjat dari istirahatnya dan jatuh ke lantai. Kemudian tubuhnya berguling
ke kolong dan tanpa dia sadari punggungnya mengenai sesuatu. Lantai itu
sontak membuka dan menariknya ke dalam melalui bidang luncur. Ketika dia sudah
di dalam, sontak lantai itu tertutup lagi.
Aang memegangi kepala
belakangnya yang terbentur lantai. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya untuk
melihat. Namun hanya gelap yang melanda. Bukan dia buta, tapi ruangan rahasia
itu memang gelap.
Aang
berdiri tertatih-tatih. Tangannya mencoba meraih apa saja yang bisa digunakan untuk
pegangan. Ruangan
rahasia itu sunyi senyap. Kemudian ia melihat seberkas cahaya
warna biru. Seberkas cahaya di ujung ruangan itu menarik hatinya. Dia mendekati
cahaya itu sambil terus meraba dinding. Semakin dia melangkah, cahayaitu
semakin jelas.
Sebuah
buku tua usang yang tebal itulah yang memancarkan cahaya warna biru. Buku ituterletak di
atas sebuah peti seukuran manusia. Aang mengamatinya secaraseksama. Lalu, dia
dengan ragu menyentuh buku itu."A Dreams Book. It's
will bring you in your nice dream. Just write what dream do you
want on it, so it will be real. Just write! And you'll free from nightmare suppression." Aang membaca bagian
prolog buku itu.
Kemudian ia membalik lembar demi lembar, membaca halaman
demi halaman.
Buku itu
sebagian besar berisi tentang pengalaman-pengalaman indah kakeknya. Di sana
juga tertera kisah kenapa kakeknya mengalami mimpi buruk seperti yang dia
alami.
Waktu itu kakeknya
masih muda. Layaknya pemuda lain di masanya, dia tumbuh menjadi pemuda gagah,
pandai memanah dan menggunakan senjata. Di usianya yang
masih belasanitu, kakeknya telah diangkat menjadi nahkoda. Dia bersama crew
kapal terus melakukan pelayaran menjelajahi
berbagai daratan.
Di sana mereka
menemukan hal-hal baru yang menegangkan. Puncaknya adalah ketika mereka bertemu
suku magis nan kejam di daratan Amerika. Ketika itu, dia -kakeknya-mengambil
sebuah buku terlaramg suku itu karena nafsu remaja yang sulit dikendalikannya.
Dia membawa pulang buku itu.
Sesampainyadi rumah,
dia amat lelah dan dia pun tertidur. Namun tidur justru memberinya mimpi
buruk yang mengabarkan bahwa buku yang ia bawa pulang akan mengutuknyadan
cicitnya yang lahir seabad kemudian. Cicit itu ialah
Aang.
Kutukan itu
bukan hanya mimpi belaka. Hal itu nyata.
Setiap malam dia selalu bermimpi tentang pengalaman mengerikan selama penjelajahan. Sekian kali ia berobat
namun gagal.
Tapi,
ada sedikit harapan. Harapan itu datang dari seorang paranormal yang mengabarkan
bahwa ia bisa terbebas dari mimpi buruk jika menuliskan hal indah yang pernah dia
jumpai selama penjelajahan. Namun nasib
cicitnya tetap di tangannya.
Kakeknya yang
sudah frustasi hanya menurut saja. Dia mulai menulis pengalaman indahnya
selama penjelajahan. Dan sejak saat itu ia tak pernah mimpi buruk lagi.
Ada juga pesan yang
amat penting dari kakeknya di buku itu. "Kakek tahu, suatu saat nanti kamu
mengalami apa yang kakek alami. Oleh karena itu kakek menyimpan buku ini
di ruang rahasia kamarmu. Gunakanlah buku
ini! Lupakan mimpi buruk dan tulislah pengalaman-pengalaman indahmu. Kakek percaya kau akan sembuh.
Satulagi, jangan lupa bakar buku ini jika sudah tak ada halaman yang
kosong."
Aang
menghela napas panjang, seakan napasnya terhenti oleh kata-kata "Sungguh
hebat para lelehurku dulu.”
Tanpa berlama-lama
lagi, Aang segera kelur dari ruang rahasia itu. Ia segera menulis
pengalaman-pengalaman indahnya dan mencoba melupakan mimpi buruk yang selalu
menghantuinya.END ###