Friday 14 August 2015

Biola yang Cantik


                Di sebuah kelas terdapat siswa yang amat pandai. Namun, amat disayangkan, siswa terpandai itu memiliki perangai yang kurang baik. Ia merasa paling pintar di kelas dan teman-temannya dianggap bodoh. Semua nilai mata pelajarannya selalu menjadi tertinggi.
                Namanya Nata, seorang siswa dengan prestasi gemilang di kelas ini suka mengejek temannya yang amat bodoh di kelas. Buruknya lagi, teman-temannya juga terpengaruh untuk mengejeknya.
                Anak yang diejek itu, sebut saja Vino. Vino anak yang tidak pandai di pelajaran akademik. Walau begitu, ia sangat mahir di bidang olahraga dan biola. Sayangnya, bakat bermain biolanya tidak ada yang tahu kecuali ia dan pamanya yang notabene adalah pengajarnya.
                Suatu hari ia diejek oleh Nata dan kawan-kawannya. Vino yang pendiam tidak menanggapi ejekan teman-temannya itu. Ia tidak menangis tidak juga melawan hingga temannya lelah sendiri mengejeknya. Hal itu sering terjadi dan bukan hanya sekali. Hari Kamis ini Pak Fandi, guru seni musik datang ke kelas membawa biola.”Ayo anak-anak, ada yang bisa main biola?” tanya pak Fandi pada murid-muridnya꧉.
                Sumua siswa bingung mendengar pertanyaan guru seni musiknya yang tak biasa itu. Pak Fandi kan tak pernah mengajari main biola, kenapa sekarang bertanya seperti itu?, batin anak-anak.
                “Vin, coba kamu mainkan biola ini!” perintah pak Fandi tiba-tiba.
                “Saya, Pak?” tanya Vino ragu, tapi akhirnya ia maju setelah Pak Fandi mengangguk.
                Vino merasa grogi dengan biola di tangannya, ditambah lagi ia diperhatikan oleh semua temannya. Ia mulai menggesek pelan-pelan biola di tangannya. Lambat laut terdengar serangkaian nada minor yang indah.
                Pak Fandi bangga dan bertepuk tangan menyaksikan Vino yang bisa memainkan biola. Padahal ia belum mengajarkannya. “Bapak salut dan bangga padamu. Ternyata kamu mahir main biola?”
                Vino hanya menanggapi dengan tersenyum.
                Pak Fandi bertanya lagi, “Dari siapa kamu belajar biola, Vino?”
                “Dari  kakak saya, Pak. Kakak saya yang sering mengajari saya main biola?”
                “Oh ya, kebetulan sekali bulan depan ada kompetisi bermain biola. Kamu ikut ya, nanti bapak daftarkan.”
                “Dengan senag hati, Pak,” jawab Vino seraya tersenyum.
                Akhirnya Vino mengikuti kompetisi tersebut dan pulang membawa juara pertama. Ia berhak menjadi wakil kotanya untuk mengikuti ajang kompetisi biola di tingkat nasional.

Pesan Moral
                Adik-adik, lewat cerita di atas kita bisa mengambil pelajaran kalau kita sebagai manusia harus senantiasa menyayangi sesama dan jangan pernah merendahkan sasama, apabila menyombongkan diri. Orang yang kita anggap bodoh belum tentu orang bodoh. Ketahuilah bahwa semua manusia tidak ada yang bodoh. Mereka lahir membawa potensi masing-masing. Petani, sastrawan, polisi, dokter, guru, dan sebagainya.
                Mereka dikatakan bodoh lantaran mereka berada di bidang yang salah, yang tidak sesuai dengan potensi mereka. Polisi tidak bisa jadi sastrawan, karena mereka memiliki potensi menjadi polisi, guru tidak bisa jadi polisi, dan sebagainya.

No comments:

Post a Comment

kritik dan sarannya semogaa bisa membantu :)

Followers