Tuesday 17 October 2017

Semangat Laskar Pelangi

Hasil gambar untuk laskar pelangi



Judul Film: Laskar Pelangi

Release: 25 September 2008

Sutradara: Riri Riza

Produkser: Mira Lesmana

Distributor: Miles Film & Mizan Production

Pemeran : Zulfany, Verrys Yamarno, Cut Mini, Ikranagara

Durasi : 128 menit

Adaptasi: Novel Laskar Pelangi


“Kejar pelangimu walau sampai ke ujung dunia!” 



Sebuah kalimat yang sangat menginspirasi dari sebuah film “Laskar Pelangi”. Film yang diadaptasi dari novel berjudul sama ini sempat dipertunjukan di Australia. Kisahnya tentang semangat dan pentingnya sebuah pendidikan dalam keterbatasan. Sebuah kisah yang sangat menginspirasi siapa saja.

Pandangan Penulis Mengenai Film dan Sinopsis Cerita

Di Belitong, para penduduknya sebagian besar bekerja di PN Timah milik Belanda. Di sanalah awal dan akhir semua cerita film ini. Ikal adalah salah seorang anak yang memiliki banyak saudara dan ini adalah tahun pertamanya sekolah. Ia disekolahkan di SD Muhammadiyah Gantong bukan karena alasan pendidikan agama saja, tetapi juga karena SD ini sangat murah.

Saat pendaftaran, Pak Harvan dan Bu Mus –sebagai guru pemula di SD Muhammadiyah– kesulitan mendapatkan sepuluh orang murid saja. Mereka dengan sangat sabar menunggu hingga pukul sebelas siang. Karena, jika tidak mendapatkan sepuluh orang murid, sekolah akan ditutup dan terbakarlah asa para orang tua dan anak-anak yang ingin sekolah. Hingga pada akhirnya, datanglah seorang anak yang cacat mentalnya dengan lari tergopoh-gopoh memakai sepatu boots. Ialah Harun, sang penyelamat.

SD Muhammadiyah hanya memiliki murid sepuluh orang, laki-laki sembilan dan perempuan satu. Mereka menamakan diri mereka sendiri sebagai laskar pelangi. Beberapa diantaranya adalah Mahar (sang seniman), Lintang (sang jenius), Ikal (tokoh utama), A kiong, Kucai (ketua sekolah), Harun (meski dia cacat mental, tapi dialah sang penyelamat sebagai penggenap sepuluh), Sahara (perempuan sendiri), dan masih ada 3 orang lagi yang tidak terlalu menonjol perannya.

Sekolahnya sudah sangat memprihatinkan kondisinya. Bahkan, sekolah itu tidak layak disebut sekolah. Jika hujan bocor dan malah digunakan untuk meneduhkan kambing-kambing yang merumput di halaman sekolah, entah kambing siapa. Mereka sekolah tak ada aturan memakai seragam, apalagi sepatu, yang penting berbaju. Maklum, mereka dari golongan kurang mampu yang sebagian besar orang tuanya menjadi kuli atau nelayan di laut.

Ironis memang. Di tanah yang sangat kaya mereka justru menjadi orang terpinggirkan dan miskin, bahkan untuk pendidikan mereka tak mampu. Harta dan kekayaan yang mereka miliki habis dikeruk oleh bangsa asing dan mereka hanya bisa gigit jari. Ini tak hanya terjadi di Belitong pada zaman dulu. Di sekarang ini, di daerah lain Indonesia juga mengalami hal yang serupa.

Di SD Muhammadiyah, gurunya awalnya tiga, tetapi kemudian menjadi dua karena tak pernah lagi menerima murid. Mereka adalah Bu Muslimah dan Pak Harvan yang selalu berkobar semangatnya. Keduanya bekerja keras membimbing murid-murid yang begitu semangat belajar (yang dikenal dengan Laskar Pelangi). Namun sayang, Pak Harvan kemudian meninggal dunia dan Bu Muslimah harus berjuang sendiri mendidik murid-muridnya.

Semangat belajar mereka menciptakan sejarah dan prestasi yang luar biasa. Lintang, sang jenius rela naik sepeda menempuh jarak lebih dari 40 km pulang pergi. Ia harus berangkat pagi-pagi sekali agar tidak telat dan melewati tempat buaya berjemur sehingga ia harus menunggu buaya itu minggir jika mau lewat dengan selamat. Untuk pertama kalinya dalam sejarah SD Muhammadiyah, Mahar dan kawan-kawannya memenangkan karya mereka di acara festival tujuh belasan mengalahkan SD PN Timah sebagai juara bertahan. Lintang juga memboyong piala lomba cerdas cermat tingkat kecamatan mengalahkan SD PN Timah.

Kisah yang paling mengharukan adalah ketika Lintang terpaksa memutuskan sekolah karena ayahnya telah tiada. Ia harus merawat adik-adiknya yang masih kecil dan menjadi nelayan sebagai anak laki-laki tertua. Namun, semangatnya tak pernah padam di dunia pendidikan.

Ada kisah lain yang mengikuti kehidupan tokoh utama, yaitu percintaan Ikal dengan A ling. Pada suatu ketika, Ikal kebagian jatah membeli kapur di toko kelontong Sinar Harapan. Ia sangat malas sekali mendapat tugas ini. Namun, saat ia melihat kuku-kuku dan jari cantik si pemberi kapur (yang hanya diberikan lewat lubang sebesar kilanan telapak tangan), ia tiba-tiba merasa bahwa dunia ini penuh dengan keindahan. Ikal dilanda asmara.

Dan betapa Ikal sangat senang saat ia tahu bahwa A Kiong, teman sekelasnya, adalah sepupu A Ling. Ia pun bisa berjalan berdua dengan A Ling berkat bantuan A Kiong. Sayangnya, A Ling harus pergi ke Jakarta dan meninggalkan Ikal sendirian hingga ia merasa gegana. Mahar yang peka perasaannya menyadari perubahan yang dialami Ikal, ia dengan seluruh teman-temannya pun menghibur Ikal dengan lagu bunga Seroja.

Oh ya, berhubung lagu ini bagus, saya juga akan menuliskan liriknya di bawah ini.



Mari menyusun seroja, bunga seroja ah....ah....

Hiasan sanggul remaja, putri remaja ah....ah....

Rupa yang elok, dimanja jangan dimanja ah....ah....

Pujalah ia oh saja, sekadar saja

Mengapa kau bermenung, oh adik berhati bingung

Mengapa kau bermenung, oh adik berhati bingung



Kesan dan Pesan

Banyak pesan dan kesan yang saya dapatkan setelah menonton film spetakuler ini.
· Sebagai tanah surga, Indonesia memang memiliki kekayaan alam yang berlimpah dan menjadi dambaan semua orang, termasuk warga asing. Sayangnya, kita masih belum bisa mengolahnya dengan baik sehingga jatuh di tangan asing. Seperti timah di Belitong yang dikuasai oleh Belanda. 
· Pendidikan dengan ekonomi penduduk kita masih belum bisa berjalan beriringan. Padahal pendidikan mampu mengubah perekonomian, sedangkan perekonomian juga diperlukan untuk biaya pendidikan. Mana yang harus didahulukan? Menurut saya, keduanya harus sama-sama diusahakan. (seperti Laskar Pelangi) 
· Tak peduli seberapa besar keterbatasanmu, jika semangat telah berkobar di dada apa pun yang menghalang pasti akan kau terjang dengan senyum kemenangan. Dan memang pada akhirnya yang terus berjuanglah yang akan menang. (seperti Lintang) 
· Pengabdian besar seorang guru bukan diukur dari seberapa banyak uang yang diterimanya, tetapi seberapa ikhlas dirinya berjuang demi murid-murid walau tanpa digaji. (seperti Bu Muslimah) 
· Pendidikan tidak cuma berisis ajaran-ajaran ilmu pengetahuan, tetapi juga perlu diimbangi dengan pengajaran agama. Seperti kata pepatah, ilmu tanpa agama adalah pincang. (seperti SD Muhammadiyah) 
· Pesan yang terakhir (lebih pada saya sendiri): Lakukanlah dan optimalkan apa yang sekarang ada padamu selagi sempat dan selagi bisa karena biar bagaimana pun kau lebih beruntung daripada mereka, khusunya dalam hal pendidikan.


Nah, begitulah ulasan panjang lebar mengenai film Laskar pelangi ini. Kurang lebihnya mohon maaf dan apabila ada yang salah silakan dibenarkan di kolom komentar.

No comments:

Post a Comment

kritik dan sarannya semogaa bisa membantu :)

Followers