Monday, 29 May 2017

Kita Tak Pernah Rugi


Ilustrasi


            Sebenarnya, apa yang ada dalam kehendak Tuhan itu tidak ada yang merugikan. Hanya saja kita sebagai orang yang tidak mau dirugikan, selalu melihatnya dari kacamata keuntungan terhadap diri kita sendiri. Jadilah, kesannya diri kita ini merugi. Padahal, di balik kerugian kita, ada kuntungan bagi orang lain dan mungkin keuntungan orang lain itu merupakan rizkinya. Bukan berarti rizki/keuntungannya diambil dari kerugian orang lain! Hey, bukankah hidup ini seimbang? Ada kalanya kita untung ada kalanya kita merugi, bukan?
            Kalau misalnya rizki mereka diambil dari keuntungan kita, maka tak akan ada dokter dengan dalih ia ada karena banyak orang sakit. Bukankah setiap orang, secara kasat mata, merasa rugi dengan penyakitnya? Kalau begitu, apakah dokter merupakan orang yang rizkinya berasal dari kerugian orang lain?
            Tentu saja tidak, kawan-kawan. Komponen hidup ini saling berkaitan seperti rantai makanan. Siapa dimakan siapa bukan berarti siapa dirugikan siapa. Dengan kerugian yang ditimpakan, maka kita bisa belajar apa artinya ikhlas, apa artinya menerima, apa artinya bersyukur, dan banyak hal lain yang bisa kita dapatkan dari kerugian dalam hidup kita, tentunya dengan hati terbuka.
            Ada sebuah peristiwa yang penulis alami terkait pernyataan di atas. Peristiwa ini terjadi pada saat penulis mudik H-7 lebaran, tepatnya pada tanggal 30 Juni 2016. Penulis merupakan mahasiswi di salah satu kampus di Semarang yang hendak pulang kampung ke Kota Pensiun tercinta.
            Saat itu di siang hari yang panas terik dan tentu saja sedang berpuasa, penulis mengantre Bus Rapid Transit (BRT) Semarang di daerah Jatingaleh (ongkosnya yang murah bingitz sih, cocok buat kantong mahasiswa). Tak ada halte di sana karena sedang diperbaiki. Halte itu berada di depan sebuah Indomart. Siapapun yang hendak menumpang harus mau menunggu di depan Indomart tanpa peneduh apa pun. Bisa dibayangkan betapa panasnya.
            Untungnya ada mobil yang parkir di sana, mungkin pemiliknya sedang berbelanja di dalam. Penulis kemudian memutuskan untuk jongkok sekadar berteduh di balik mobil itu. Pandangan tak pernah lepas dari arah datangnya BRT, arah kanan. Tak jauh dari tempat penulis berlindung, ada dua orang cewek yang juga sedang mengantre BRT. Mereka berada beberapa meter di sebelah kanan penulis. Kasihan sekali mereka karena tidak dapat tempat berteduh.
            Kemudian, datang sebuah mobil dan tanpa berdosa parkir di jalur masuk ke Indomaret. Penulis merasa kesal karena keberadaan mobil itu menutupi pandangan terhadap kehadiran BRT. Akan tetapi hal itu memberikan keuntungan terhadap dua orang cewek yang sedang kepanasan tadi. Setidaknya mereka bisa berteduh di balik mobil itu. Untungnya keberadaan sepatu mereka yang terlihat dari bawah mobil bisa dijadikan acuan kalau-kalau nanti ada BRT datang.
            Dari kisah di atas, penulis menyimpulkan bahwa sesuatu yang penulis anggap merugikan bagi diri penulis, ternyata memberi keuntungan bagi dua cewek tadi. Hal di atas menunjukkan betapa Tuhan memang Mahakasih terhadap semua makhluk-Nya. Dan kita juga harus sadar diri bahwa kita hanyalah salah satu dari sekian banyak makhluk-Nya. Meskipun Mahakasih, tapi tak selamanya kita diberi enak terus, untung terus. Karena apa? Karena hidup ini seimbang.
            Jadi, kerugian kita bukanlah semata-mata kerugian kita, tetapi Tuhan hanya mengurangi nikmat kita untuk dipindahkan sementara kepada orang lain. Dengan berpikiran seperti ini, maka hati akan merasa damai, meskipun sedikit. Iya, kan?

Marhabban Ya Ramadhan! J

No comments:

Post a Comment

kritik dan sarannya semogaa bisa membantu :)

Followers