![]() |
Ilustrasi |
Sebenarnya,
apa yang ada dalam kehendak Tuhan itu tidak ada yang merugikan. Hanya saja kita
sebagai orang yang tidak mau dirugikan, selalu melihatnya dari kacamata
keuntungan terhadap diri kita sendiri. Jadilah, kesannya diri kita ini merugi.
Padahal, di balik kerugian kita, ada kuntungan bagi orang lain dan mungkin
keuntungan orang lain itu merupakan rizkinya. Bukan berarti rizki/keuntungannya
diambil dari kerugian orang lain! Hey, bukankah hidup ini seimbang? Ada kalanya
kita untung ada kalanya kita merugi, bukan?
Kalau
misalnya rizki mereka diambil dari keuntungan kita, maka tak akan ada dokter
dengan dalih ia ada karena banyak orang sakit. Bukankah setiap orang, secara
kasat mata, merasa rugi dengan penyakitnya? Kalau begitu, apakah dokter
merupakan orang yang rizkinya berasal dari kerugian orang lain?
Tentu
saja tidak, kawan-kawan. Komponen hidup ini saling berkaitan seperti rantai
makanan. Siapa dimakan siapa bukan berarti siapa dirugikan siapa. Dengan
kerugian yang ditimpakan, maka kita bisa belajar apa artinya ikhlas, apa
artinya menerima, apa artinya bersyukur, dan banyak hal lain yang
bisa kita dapatkan dari kerugian dalam hidup kita, tentunya dengan hati
terbuka.
Ada
sebuah peristiwa yang penulis alami terkait pernyataan di atas. Peristiwa ini terjadi
pada saat penulis mudik H-7 lebaran, tepatnya pada tanggal 30 Juni 2016.
Penulis merupakan mahasiswi di salah satu kampus di Semarang yang hendak pulang
kampung ke Kota Pensiun tercinta.
Saat itu
di siang hari yang panas terik dan tentu saja sedang berpuasa, penulis
mengantre Bus Rapid Transit (BRT) Semarang di daerah Jatingaleh (ongkosnya
yang murah bingitz sih, cocok buat kantong mahasiswa). Tak ada halte di sana
karena sedang diperbaiki. Halte itu berada di depan sebuah Indomart. Siapapun
yang hendak menumpang harus mau menunggu di depan Indomart tanpa peneduh apa
pun. Bisa dibayangkan betapa panasnya.
Untungnya
ada mobil yang parkir di sana, mungkin pemiliknya sedang berbelanja di dalam.
Penulis kemudian memutuskan untuk jongkok sekadar berteduh di balik mobil itu.
Pandangan tak pernah lepas dari arah datangnya BRT, arah kanan. Tak jauh dari
tempat penulis berlindung, ada dua orang cewek yang juga sedang mengantre BRT.
Mereka berada beberapa meter di sebelah kanan penulis. Kasihan sekali mereka
karena tidak dapat tempat berteduh.
Kemudian,
datang sebuah mobil dan tanpa berdosa parkir di jalur masuk ke Indomaret.
Penulis merasa kesal karena keberadaan mobil itu menutupi pandangan terhadap
kehadiran BRT. Akan tetapi hal itu memberikan keuntungan terhadap dua orang
cewek yang sedang kepanasan tadi. Setidaknya mereka bisa berteduh di balik
mobil itu. Untungnya keberadaan sepatu mereka yang terlihat dari bawah mobil bisa
dijadikan acuan kalau-kalau nanti ada BRT datang.
Dari
kisah di atas, penulis menyimpulkan bahwa sesuatu yang penulis anggap merugikan
bagi diri penulis, ternyata memberi keuntungan bagi dua cewek tadi. Hal di atas
menunjukkan betapa Tuhan memang Mahakasih terhadap semua makhluk-Nya. Dan kita
juga harus sadar diri bahwa kita hanyalah salah satu dari sekian banyak
makhluk-Nya. Meskipun Mahakasih, tapi tak selamanya kita diberi enak terus,
untung terus. Karena apa? Karena hidup ini seimbang.
Jadi,
kerugian kita bukanlah semata-mata kerugian kita, tetapi Tuhan hanya mengurangi
nikmat kita untuk dipindahkan sementara kepada orang lain. Dengan berpikiran
seperti ini, maka hati akan merasa damai, meskipun sedikit. Iya, kan?
Marhabban Ya Ramadhan! J
No comments:
Post a Comment
kritik dan sarannya semogaa bisa membantu :)