Judul novel :
Tentang Kamu
Penerbit :
Republika Press
Tahun Terbit
: 2016
Penulis :
Tere Liye
Genre : Novel
Benar kata pepatah, dont judge a book
by the cover. Awalnya, ku pikir novel berjudul “Tentang Kamu” karangan
penulis kenamaan Tere Liye ini bercerita tentang kisah cinta yang muluk-muluk,
hampir seperti “Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah”. Nyatanya, novel ini justru
mengangkat semacam biografi seseorang yang berjuang keras dalam memperoleh
cita-citanya. Berhati bersih, penyabar, dan selalu menerima apa pun yang
menimpa dirinya, semenyakitkan apa pun.
Novel ini diterbitkan oleh Republika pada
Oktober 2016 dengan jumlah halaman vi + 524 halaman. Butuh sekitar tiga hari
untuk menyelesaikannya. Sebelum ke analisis isi novel, alangkah baiknya bila kita
mengetahui terlebih dahulu sinopsisnya.
Adalah Zaman Zulkarnaen dari Thomson &
Co. yang bertugas sebagai seorang pengacara harta warisan senilai 19 triliun
poundsterling setelah si pemilik meninggal dengan damai di panti asuhan.
Pemilik tersebut bernama Sri Ningsih. Demi menemukan siapa pewaris harta
warisan tersebut tersebut, Zaman harus menelusuri kisah hidup Sri satu persatu
mulai dari tanah kelahirannya hingga kematiannya.
Tidak mudah memang. Berbekal buku diary
yang diberikan oleh pengurus panti jompo, ia memulai pencarian di Pulau Bungin,
tempat di mana Sri lahir, berpuluh tahun yang lalu. Menanyai semua orang di
salah satu pulau terpadat tersebut demi mengetahui bagaimana masa lalu Sri.
Berhari-hari ia mencari hingga diambang keputusasaannya, ia menemukan seseorang
yang mampu menjelaskan detailnya dari lahir hingga pindah dari pulau tersebut.
Sri kecil adalah perempuan yang tangguh.
Ia tidak pernah melihat rupa ibunya sejak lahir. Hidupnya berkecukupan bersama
sang ayah hingga sang ayah menikah lagi. Namun sayang, ayahnya meninggal ketika
melaut, padahal ayahnya sudah berjanji akan membawakannya sepatu
baru, hadiah ultah Sri yang ke sembilan. Sungguh malang, hadiah tersebut tak
pernah datang. Semenjak kepergian sang ayah, Sri kecil menjadi tulang punggung
keluarga atas perlakuan ibu tiri yang sangat membencinya selama lima tahun.
Sri remaja kemudian pindah ke Surakarta
bersama sang adik setelah mengalami musibah kebakaran rumah. Ibu tirinya
meninggal. Ia kemudian belajar di salah satu pesantren di sana hingga menjadi
guru. Ia juga bersahabat dengan putri bungsu Kyai dan Lastri, salah satu
santriwati kesayangan Kyai yang juga menjadi sahabat putrinya. Pada episode
kali ini setidaknya kehidupan Sri lebih baik.
Penghianatan terjadi di antara ketiga
sahabat tersebut. Hingga peristiwa yang menyakitkan tersebut menyebabkan
keluarga Kyai hancur dan tinggal sahabat Sri dan suaminya yang hidup. Lastri
sendiri dipenjara atas perilakunya tersebut.
Sri Ningsih memutuskan merantau ke Jakarta
untuk menghilangkan luka tersebut. Ia sudah tidak memiliki siapa-siapa. Adiknya
meninggal dalam kekejaman pembantaian yang dilakukan Lastri beserta
kumpulannya.
Di Jakarta ia mencoba mengadu nasib. Perlu
penolakan ratusan kali dan pencarian kerja selama tiga bulan hingga akhirnya ia
menemukan pekerjaan pertamanya di sana. Pekerjaan itu justru berada tak jauh
dari tempatnya tinggal. Hidup ini kadang memang selucu itu, kita sibuk mencari
hingga jauh padahal sebenarnya apa yang kita cari ada di sekitar kita. Ya
begitulah, nikmati saja prosesnya. Dan Sri selalu mampu menanggapinya dengan
syukur, tak pernah mengeluh, dan pantang menyerah.
Pekerjaannya kemudian berangsur membaik,
mulai dari guru dan kuli kasar toko, penjual nasi goreng, rental mobil,
karyawan pabrik hingga ia mampu mendirikan pabrik sendiri. Semua itu bertahap
dan ia selalu mampu belajar dari jelinya pengamatan dan pengalaman. Meskipun ia
tidak memiliki pendidikan formal yang tinggi, namun ia sangat cerdas.
Singkat cerita, Sri kemudian menjual
perusahaannya kepada pesaing dan ditukarkan dengan saham senilai 1% dari
keseluruhan perusahaan multinasional. Ia kemudian melarikan diri ke London dan
di ujung kisahnya ke Paris. Setelah ditelusuri, kepergian Sri yang selalu
tiba-tiba tersebut rupanya disebabkan oleh pengejaran yang dilakukan Lastri.
Lastri mengancamnya akan menyakiti siapa saja yang dicintainya dan membuatnya
hancur. Ia sangat dendam kepada Sri atas perbuatan Sri yang mengungkapkan
kebenaran saat Lastri diadili kala peristiwa di Surakarta.
Sosok Sri adalah perempuan yang luar biasa
sabar. Ia bahkan memiliki hati yang pemaaf, mudah menerima, dan selalu positif
dalam menghadapi segala hal yang terjadi di hidupnya. Ia memaafkan kesalahan
Lastri terhadap dirinya, bahkan ia masih tetap menganggap Lastri sebagai
sahabat meskipun Lastri telah membuatnya kehilangan sang adik. Ia juga menerima
apapun yang telah menjadi garis hidupnya; kehilangan ibu, ayah, adik,
bayi-bayinya, dan orang yang amat dicintainya. Di setiap kejadian, ia mampu
menerimanya dan berdamai dengan keadaan yang membuat orang-orang di
sekelilingnya kagum akan kekuatan hatinya.
Sebagian kisah hidup yang dituturkan oleh
pengarang berisi perjuangan dan kerja keras yang tak pernah padam. Ia mampu
menjadi orang dengan harta warisan sebesar 19 triliun puondsterling tentu
bukanlah hal yang serta merta. Ada peluh, rasa sakit, keberanian, dan terobosan
yang membuatnya mampu menjadi seperti itu. Tentu tidak mudah, namun Sri tak
pernah menyerah walau selangkah.
Ia juga tetap sederhana meskipun telah memiliki
kekayaan sebesar itu. Ketika ia melarikan diri ke London, ia justru
meninggalkan perusahaan dan semua kekayaannya. Pilihan terakhirnya jatuh pada
pekerjaan sebagai tukang bersih-bersih bus kota London. Meskipun pada akhirnya,
atas keahlian yang dimiliki ia pun diangkat sebagai sopir bus. Di London ia pun
tinggal di pemukiman sederhana yang dikenal dengan sebutan Little India. Di
sana ia menemukan keluarga angkat yang sangat menyayanginya hingga menjadi
saksi bagaimana kisah cinta dan kehidupan rumah tangganya.
Wanita bertubuh pendek, coklat, dan gempal
ini adalah wanita yang tangguh dan kuat hati. Rumah tangga Sri bisa dibilang
kurang bahagia. Meskipun ia memiliki Hakan, pemuda Turki yang amat
mencintainya. Ia harus kehilangan dua bayinya; pertama karena lahir prematur,
kedua karena adanya kelainan sehingga bayinya meninggal 6 jam setelah
dilahirkan. Namun, Sri beberapa bulan kemudian tetap tabah dan menjalani rutinitas
sebagai sopir bus. Semua itu berjalan hingga Hakan pergi mendahuluinya karena
sakit.
Zaman kemudian menelusuri kisah hidup Sri
melalui petugas panti jompo, Aimme. Wanita Paris itu rupanya sesuai dugaan
Zaman –menyimpan beberapa kenangan Sri dan foto kegiatan panti– sehingga dari sana Zaman mampu mengorek kisah
Sri selama di panti. Ia pun akhirnya menemukan di mana Sri menulis siapa-siapa
yang berhak menerima harta warisannya. Surat keterangan tersebut justru yang
telah di bawanya ketika ia sampai di rumah Nuraini. Amat sangat dekat. Sayang
sekali, ketika perkara hampir selesai, justru pihak hukum lain mengklaim bahwa
seseorang telah menemukan saudara kandung Sri, Tilamuta.
Nah, untuk mengetahui akhirnya bagaimana
harta warisan Sri dapat diselesaikan, alangkah baiknya jika kalian membaca
sendiri. Tulisan ini hanyalah secuil pendapat dan bukan berarti telah mencakup
seluruh isi yang ada di dalamnya. Novel ini sangat bagus dibaca oleh wanita di
semua kalangan, terutama yang memiliki cita-cita tinggi agar selalu
termotivasi.