Sunday 17 March 2019

Resensi : Ku Peluk Rasa Sakit Hingga Tak Ada yang Sanggup Menyakitiku



Judul novel : Tentang Kamu
Penerbit : Republika Press
Tahun Terbit : 2016
Penulis : Tere Liye
Genre : Novel

Benar kata pepatah, dont judge a book by the cover. Awalnya, ku pikir novel berjudul “Tentang Kamu” karangan penulis kenamaan Tere Liye ini bercerita tentang kisah cinta yang muluk-muluk, hampir seperti “Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah”. Nyatanya, novel ini justru mengangkat semacam biografi seseorang yang berjuang keras dalam memperoleh cita-citanya. Berhati bersih, penyabar, dan selalu menerima apa pun yang menimpa dirinya, semenyakitkan apa pun.

Novel ini diterbitkan oleh Republika pada Oktober 2016 dengan jumlah halaman vi + 524 halaman. Butuh sekitar tiga hari untuk menyelesaikannya. Sebelum ke analisis isi novel, alangkah baiknya bila kita mengetahui terlebih dahulu sinopsisnya.

Adalah Zaman Zulkarnaen dari Thomson & Co. yang bertugas sebagai seorang pengacara harta warisan senilai 19 triliun poundsterling setelah si pemilik meninggal dengan damai di panti asuhan. Pemilik tersebut bernama Sri Ningsih. Demi menemukan siapa pewaris harta warisan tersebut tersebut, Zaman harus menelusuri kisah hidup Sri satu persatu mulai dari tanah kelahirannya hingga kematiannya.

Tidak mudah memang. Berbekal buku diary yang diberikan oleh pengurus panti jompo, ia memulai pencarian di Pulau Bungin, tempat di mana Sri lahir, berpuluh tahun yang lalu. Menanyai semua orang di salah satu pulau terpadat tersebut demi mengetahui bagaimana masa lalu Sri. Berhari-hari ia mencari hingga diambang keputusasaannya, ia menemukan seseorang yang mampu menjelaskan detailnya dari lahir hingga pindah dari pulau tersebut.

Sri kecil adalah perempuan yang tangguh. Ia tidak pernah melihat rupa ibunya sejak lahir. Hidupnya berkecukupan bersama sang ayah hingga sang ayah menikah lagi. Namun sayang, ayahnya meninggal ketika melaut, padahal ayahnya sudah berjanji akan membawakannya sepatu baru, hadiah ultah Sri yang ke sembilan. Sungguh malang, hadiah tersebut tak pernah datang. Semenjak kepergian sang ayah, Sri kecil menjadi tulang punggung keluarga atas perlakuan ibu tiri yang sangat membencinya selama lima tahun.

Sri remaja kemudian pindah ke Surakarta bersama sang adik setelah mengalami musibah kebakaran rumah. Ibu tirinya meninggal. Ia kemudian belajar di salah satu pesantren di sana hingga menjadi guru. Ia juga bersahabat dengan putri bungsu Kyai dan Lastri, salah satu santriwati kesayangan Kyai yang juga menjadi sahabat putrinya. Pada episode kali ini setidaknya kehidupan Sri lebih baik.

Penghianatan terjadi di antara ketiga sahabat tersebut. Hingga peristiwa yang menyakitkan tersebut menyebabkan keluarga Kyai hancur dan tinggal sahabat Sri dan suaminya yang hidup. Lastri sendiri dipenjara atas perilakunya tersebut.

Sri Ningsih memutuskan merantau ke Jakarta untuk menghilangkan luka tersebut. Ia sudah tidak memiliki siapa-siapa. Adiknya meninggal dalam kekejaman pembantaian yang dilakukan Lastri beserta kumpulannya.

Di Jakarta ia mencoba mengadu nasib. Perlu penolakan ratusan kali dan pencarian kerja selama tiga bulan hingga akhirnya ia menemukan pekerjaan pertamanya di sana. Pekerjaan itu justru berada tak jauh dari tempatnya tinggal. Hidup ini kadang memang selucu itu, kita sibuk mencari hingga jauh padahal sebenarnya apa yang kita cari ada di sekitar kita. Ya begitulah, nikmati saja prosesnya. Dan Sri selalu mampu menanggapinya dengan syukur, tak pernah mengeluh, dan pantang menyerah.

Pekerjaannya kemudian berangsur membaik, mulai dari guru dan kuli kasar toko, penjual nasi goreng, rental mobil, karyawan pabrik hingga ia mampu mendirikan pabrik sendiri. Semua itu bertahap dan ia selalu mampu belajar dari jelinya pengamatan dan pengalaman. Meskipun ia tidak memiliki pendidikan formal yang tinggi, namun ia sangat cerdas.

Singkat cerita, Sri kemudian menjual perusahaannya kepada pesaing dan ditukarkan dengan saham senilai 1% dari keseluruhan perusahaan multinasional. Ia kemudian melarikan diri ke London dan di ujung kisahnya ke Paris. Setelah ditelusuri, kepergian Sri yang selalu tiba-tiba tersebut rupanya disebabkan oleh pengejaran yang dilakukan Lastri. Lastri mengancamnya akan menyakiti siapa saja yang dicintainya dan membuatnya hancur. Ia sangat dendam kepada Sri atas perbuatan Sri yang mengungkapkan kebenaran saat Lastri diadili kala peristiwa di Surakarta.

Sosok Sri adalah perempuan yang luar biasa sabar. Ia bahkan memiliki hati yang pemaaf, mudah menerima, dan selalu positif dalam menghadapi segala hal yang terjadi di hidupnya. Ia memaafkan kesalahan Lastri terhadap dirinya, bahkan ia masih tetap menganggap Lastri sebagai sahabat meskipun Lastri telah membuatnya kehilangan sang adik. Ia juga menerima apapun yang telah menjadi garis hidupnya; kehilangan ibu, ayah, adik, bayi-bayinya, dan orang yang amat dicintainya. Di setiap kejadian, ia mampu menerimanya dan berdamai dengan keadaan yang membuat orang-orang di sekelilingnya kagum akan kekuatan hatinya.

Sebagian kisah hidup yang dituturkan oleh pengarang berisi perjuangan dan kerja keras yang tak pernah padam. Ia mampu menjadi orang dengan harta warisan sebesar 19 triliun puondsterling tentu bukanlah hal yang serta merta. Ada peluh, rasa sakit, keberanian, dan terobosan yang membuatnya mampu menjadi seperti itu. Tentu tidak mudah, namun Sri tak pernah menyerah walau selangkah.

Ia juga tetap sederhana meskipun telah memiliki kekayaan sebesar itu. Ketika ia melarikan diri ke London, ia justru meninggalkan perusahaan dan semua kekayaannya. Pilihan terakhirnya jatuh pada pekerjaan sebagai tukang bersih-bersih bus kota London. Meskipun pada akhirnya, atas keahlian yang dimiliki ia pun diangkat sebagai sopir bus. Di London ia pun tinggal di pemukiman sederhana yang dikenal dengan sebutan Little India. Di sana ia menemukan keluarga angkat yang sangat menyayanginya hingga menjadi saksi bagaimana kisah cinta dan kehidupan rumah tangganya.

Wanita bertubuh pendek, coklat, dan gempal ini adalah wanita yang tangguh dan kuat hati. Rumah tangga Sri bisa dibilang kurang bahagia. Meskipun ia memiliki Hakan, pemuda Turki yang amat mencintainya. Ia harus kehilangan dua bayinya; pertama karena lahir prematur, kedua karena adanya kelainan sehingga bayinya meninggal 6 jam setelah dilahirkan. Namun, Sri beberapa bulan kemudian tetap tabah dan menjalani rutinitas sebagai sopir bus. Semua itu berjalan hingga Hakan pergi mendahuluinya karena sakit.

Zaman kemudian menelusuri kisah hidup Sri melalui petugas panti jompo, Aimme. Wanita Paris itu rupanya sesuai dugaan Zaman –menyimpan beberapa kenangan Sri dan foto kegiatan panti–  sehingga dari sana Zaman mampu mengorek kisah Sri selama di panti. Ia pun akhirnya menemukan di mana Sri menulis siapa-siapa yang berhak menerima harta warisannya. Surat keterangan tersebut justru yang telah di bawanya ketika ia sampai di rumah Nuraini. Amat sangat dekat. Sayang sekali, ketika perkara hampir selesai, justru pihak hukum lain mengklaim bahwa seseorang telah menemukan saudara kandung Sri, Tilamuta.

Nah, untuk mengetahui akhirnya bagaimana harta warisan Sri dapat diselesaikan, alangkah baiknya jika kalian membaca sendiri. Tulisan ini hanyalah secuil pendapat dan bukan berarti telah mencakup seluruh isi yang ada di dalamnya. Novel ini sangat bagus dibaca oleh wanita di semua kalangan, terutama yang memiliki cita-cita tinggi agar selalu termotivasi.

No comments:

Post a Comment

kritik dan sarannya semogaa bisa membantu :)

Followers