Sunday 17 March 2019

Resensi: Aku Menyayangimu, Mama



Judul Buku : Hendrick
Penerbit : Bukune
Tahun terbit : 2016
Penulis : Risa Saraswati
Genre : Novel

Namanya Hendrick, salah seorang sahabat Risa yang menjadi tokoh utama dalam novel berjudul sama yang diterbitkan oleh Bukune pada 2016. Masih tentang hantu, novel ini mengupas kehidupan Hendrick Konnings semasa hidupnya. Ia hidup pada perkiraan tahun 1880an, sebelum Nippon datang menyerang seperti yang terjadi pada beberapa sahabat hantu Risa. Namun, kisah hidupnya tak kalah seru dan karena itulah saya berkeinginan untuk menceritakan kembali secara sederhana versi saya.

Ayahnya bernama Jeremy Konnings dan ibunya adalah Nina Konnings. Ayahnya adalah seorang jenius berkebangsaan Netherland, sedangkan ibunya berkebangsaan Perancis. Sebagai keturunan pengusaha dan pemilik perkebunan anggur, keduanya bisa dibilang bukan orang sembarangan. Mereka termasuk orang terhormat yang berada di Hindia Belanda untuk tujuan penelitian pohon kina. Di Hindia Belanda  pula Hendrick lahir. Jadi, meskipun ia merupakan bangsa Netherland, ia tak pernah sekalipun menghirup udara tanah airnya hingga kematian menjemput.

Hendrick tidak memiliki masalah dengan teman sekolah maupun orang-orang disekelilingnya. Bahkan bisa dibilang kehidupannya sangatlah ceria. Ia memiliki seorang sahabat bernama Hans yang ia temukan saat memanjat benteng belakang rumah. Saat itu Hendrick sedang kecewa dengan ibunya yang jahil atas leluconnya yang berlebihan. Sifat inilah yang menurun kepada Hendrick. Hans merupakan sahabat sekaligus teman bermain sehari-hari Hendrick.

Semuanya berjalan baik-baik saja hingga pada suatu hari Jeremy meninggal secara dadakan ketika sedang asyik-asyiknya berlibur di pekebunan bersama keluarga dan Hans. Nyonya Nina Konnings mendadak depresi berat setelah kematian suaminya. Ia justru menyalahkan Hendrick secara berlebihan atas peristiwa tersebut. Dirinya bahkan membencinya dan tidak menganggapnya sebagai anak lagi. Hendrick yang frustasi kemudian meminta Helena untuk menghibur ibunya. Helena adalah perempuan sebayanya yangtidak sengaja menabraknya ketika berangkat sekolah bersama Hans. Sejak saat itu Helena menjadi akrab beberap saat, sebelum akhirnya memilih untuk pergi lantaran tidak ingin merebut perhatian Nina dari Hendrick. Helena datang dan di saat itulah Nyonya Konnings menjadi-jadi dalam membenci Hendrick. Ia menganggap Helena sebagai putri pertamanya yang meninggal bernama Angeline. Semenjak itu, Helena selalu di sampingnya dan Hendrick terlupakan.

Meskipun ia tidak dianggap sebagai seornag anak oleh ibu kandungnya sendiri, ia tetap senang karena setidaknya Helena telah mengembalikan semangat baru untuk ibunya. Ibunya tidak lagi murung dan menangis di pusara ayahnya berhari-hari. Meskipun yang membuat bahagia ibunya bukan dirinya, melainkan Helena.

Terkadang, ada rasa kehilangan ketika ia tidak pernah diperhatikan. Beruntungnya Hans dan Omanya selalu berbaik hati. Oma dan Hans selalu menghiburnya saat ia sedang bersedih lantaran ibunya seringkali membentak jika ia melihatnya sedang berdekatan dengan Helena. Biar bagaimanapun Hendrick masih anak-anak.

Puncaknya ialah ketika Hendrick sakit keras dan ibunya tetap tak peduli. Ia bahkan menderita sakit yang tidak diketahui penyebabnya dan semakin hari semakin memburuk. Seringkali dokter hanya mampu memberinya obat bius hanya untuk meredakan sakit yang dideranya. Dalam ketidaksadarannya, Hendrick seringkali memanggil ibunya, meminta dipeluk dan disayang seperti halnya dulu. Bahkan ketika di bawa ke rumah sakit, Nina Konnings tak juga ikut serta. Nina Konnings benar-benar telah mengalami depresi akut.

Jeremy sang ayah tidak tinggal diam. Ia mendatangi Nina Konning dalam mimpinya ketika ia habis menangis seharian karena Helena mengatakan dengan tegas bahwa ia bukan Angeline dan memutuskan pergi. Dalam mimpi tersebut ia tersadar kembali akan Hendrick. Malang sekali, di saat ia sadar waktu Hendrick sudah tidak lama lagi. Hendrick pun meninggal dalam pelukan ibunya. Dan tak lama setelah itu, Nina Konnings memilih bunuh diri.

Kisah ini bisa dibilang cukup menyedihkan, menurutku. Seorang ibu yang begitu depresi malah menyalahkan anaknya sendiri, seseorang yang seharusnya diperhatikan dan disayang karena tinggal dirinyalah satu-satunya anggota keluarga. Kita memang tidak bisa menyalahkan Nina Konnings sebagai ibu lantaran apa yang dialaminya ialah murni kesalahan mental. Ia bahkan tidak menyadari bahwa ketika ia depresi akut, ia telah melakukan banyak hal yang menyakiti buah hatinya hingga jatuh sakit.

Betapa kita amat beruntung jika dikaruniai keluarga yang lengkap dan saling menyayangi satu sama lain, meskipun kadang masih dalam kekurangan secara material. Perlu diingat, bahwa jauh di luar sana masih ada orang-orang bergelimang harta, memiliki kasta yang tinggi, dan selalu dihormati namun tidak pernah merasakan indahnya kehangatan keluarga.



No comments:

Post a Comment

kritik dan sarannya semogaa bisa membantu :)

Followers