DRAMA PORSIANTRI KELAS II
Tema: Kehidupan Pesantren
Alur:
1. Dania adalah seorang santriwati dengan kehidupan semrawut di pesantren.
2. Ia curhat pada sahabatnya dan mengatakan ia tetap betah karena cintanya kepada Hasan.
3. Suatu malam saat madin, Dania dan Hasan berkirim kertas lewat satir.
4. Di kampus mereka ketemuan dan Dania diberi sekuntum edelwis.
5. Tanpa mereka sadari, beberapa meter di belakang mereka jalan Mbak Erni, sie keamanan pondok.
6. Keesokan harinya, keduanya dipanggil Dalem dan disidang.
7. Akhirnya, Hasan disuruh nikah (silakan diisi yg lucu J ) dengan Dania.
Tokoh dan Penokohan
1. Tokoh Utama : Dania => mbeling, gokil, ceria, no jaim,
2. Pendamping : Hasan => mbeling, slengekan, tapi tegas dan tulus
3. Keamanan : Mbak Dur => tegas, amanat
4. Pak Kiai : Mb Afi => tegas, pengertian
5. Bu Nyai : Ima => galak, tegas
6. Ustadzah : Asih => kalem, ramah
7. Sahabat Dania : Eka => cerewet, tapi bijak, prinsipnya jomblo syariah.
8. Santriwati kamar mandi: Kokom, Zulfia, Fidhoh.
PROLOG : Dania adalah seorang santriwati badung di PP Barokah. Kehidupannya selalu diwarnai hal-hal yang menjengkelkan, antri mandi, oprakan ngaji, kerudung dan sarung ilang,kamar berantakan dan masih banyak lagi. Semua itu membuatnya jengkel. Ia adalah pacar Hasan yang juga santriwan pesantren Al Barokah. Bagaimanakah lika-liku asmara Dania dalam balutan kehidupan pesantren? Langsung saja kita lihat bersama di TKP.
ADEGAN I
Pagi itu, di hari Senin yang mendung dan tenang, Dania merasa kacau karena perutnya mulas. Ia segera bangkit dari tidur dan berlari ke kamar mandi. Namun malang nasib Dania, semua pintu kamar mandi tertutup. Ia pun menanyai satu persatu.
Dania : (mengetuk pintu). “Mbak A, mbak A, masih lama?”
Kokom : (terdengar suara seperti gelegar petir) “BROOOOTTTT”
Dania : “Sialan, malah dikacangin. (beralih ke kamar B dan mengetuk pintu) “Mbak B, mbak B ngapain?”
Eka : (dengan suara judes sok alay) “Ihhh, kepo deh!”
Dania : (memegangi perutnya, mulai tak sabar. Beralih ke kamar C). Mbak C masih lama? Aku numpang pup.”
Zulfia : “Iya, sebentar.”
Dania : (suara lirih) “Alhamdulillah, akhirnya dapat kaplingan.”
Zulfia : (keluar, berkata dengan polos). “Tapi tadi ada yang ngapling, Mbak.”
Dania : (tampang melas) “Cuma nyela sebentar aja kok.”
Fidhoh : (nyelonong masuk C tanpa permisi langsung tutup pintu) “Mbak, maaf ya aku duluan, kuliah jam tujuhhh.”
Dania : (kaget, refleks gedor pintu) Eh, aku duluan kok, Mbak. Gimana sih, ini sudah di ujung jalan nih. Nggak boleh gitu, dong. (memegangi perutnya) Aduh, mules banget nih.
ADEGAN II (kamar santriwati)
Dania sedang duduk berjejeran dengan Eka, sahabatnya. Mereka berdua sedang ngemil jajan dari santriwati yang barusaja pulang. Dania mencurahkan segala keluh kesahnya di pesantren kepada Eka.
Dania : (berkeluh kesah) “Sajakne aku wis ra betah Ka urip ning kene. Saben dina yen adus kudu ngapling sik. Golek ketenangan ra bisa, rame terus. Kerudung lan sarung kerep ilang....”
Eka : (memotong pembicaraan Dania saat ngemil jajan) “Nek masalah kerudung pancen kowe sing lalinan.”
Dania : “He, ora yo Ka. Ning kowe ngerti kenapa senajan ra betah aku tetp ning kene?”
Eka : (datar) Ora.
Dania : (kesal) Mbok sing semangat ta, Kak. Aku ki lagi curhat kok.”
Eka : (mulai memeperhatikan) “Iyo yo. Piye? Age dang cerita.”
Dania : “Aku ta betah neng kene merga aku tresna Hasan. Cinta mati kak nek jarene wong-wong.
Eka : “Nek cara aku, cinta mati yo emoh. Bar jatuh cinta mati kok.”
Dania : “He, iki serius Ka. Aku karo Alif wis telung sasi.”
Eka : “Maksude olehe ngene? (menautkan kedua jari telunjuknya)
Dania : “Iyo, Kak. Pacaran.”
Eka : (menyalami Dania dan tersenyum) “Wih, kowe kok hebat. Tak kiro tetep melu prinsipku, jomblo syariah. Hahaha...”
ADEGAN III (madin)
Sabtu malam ini, para santri kelas II sedang madin di bawah asuhan Ustadzah Asih. Mereka sedang sa’altunan saat Ustadzah Asih datang. Malam ini santri akan belajar Nahwu.Alif dan Dania duduk di belakang, tepat di sebelah satir, Alif di sebelah kanan satir, sedangkan Dania di sebelah kiri.
Semua santri : (sa’altunan) “Wal ali walashabi, wamali ulalqashad. Amin-amin ya Allah 3 Ya Alllah rabbal alamin.”
Ustadzah Asih : (masuk kelas, mengucap salam dan memulai pelajaran) “Baiklah, hari ini kita akan belajar mengenai ... (terserah Mb Asih). Buka kitabnya halaman 53. (menerangkan)”
Dan di tengah pembelajaran...
Hasan : (bukannya menyimak, malah menulis di selembar kertas)
Atun : “Eh, kamu ngapain?” (melongok ke kertas Alif) “Ye, malah nulis puisi.”
Hasan : (menempelkan jari ke mulut) “Ssstt..., aku sedang menulis puisi buat Dania.”
Atun : (geleng-geleng kepala, kembali menyimak Ustadzah Asih)
Hasan : (menggulung kertas dan menyelipkan di bawah satir)
Dania : (mengambil kertas dan membacanya lirih). “Teruntuk Dania...
Anti : (melihat kertas Dania lalu merampasnya) “Eh, apaan tuh? Lihat dong!
Dania : “He, jangan, Anti!”
Anti : (membaca kertas Dania) “Wah, kamu pacaran ya sama Kang Hasan? Ustadzah, saya punya sesuatu yang lucu. (Anti memberikan kertas pada Ustadzah Asih)
Ustadzah Asih : (menerima dan membaca tulisan di kertas) “Kang Hasan, bisa tolong maju ke depan?”
Hasan : “Aduh, mati aku. Kenapa bisa sampai ke tangan Ustadzah?” (maju ke depan kelas)
Ustadzah Asih : “Tolong kamu baca tulisan ini.”
Hasan : (Garuk-garuk kepala dan gugup) Eh, em... Itu bukan apa-apa kok Ustadzah, cuma...”
Ustadzah Asih : “Tolong dibaca saja.”
Hasan menerima kertas itu, kemudian membacanya sehingga ramailah seisi kelas.
ADEGAN IV (kampus)
Hasan dan Dania jalan berdua. Mereka berdua adalah santri PP Barokah yang kebetulan satu fakultas. Di belakang punggungnya, Hasan membawa sesuatu.
Hasan : (malu-malu) “Dan, aku punya sesuatu untukmu.”
Dania : (malu-malu) “ Oh ya? Apaan? Jadi nggak sabar pengen tahu.”
Hasan : (memberikan bunga pada Dania) “Seperti bunga yang penuh warna, begitulah rasa hatiku saat bersamamu.”
Dania : (menerima bunga) “Terima kasih ya. Kamu bikin aku terkesan.”
Mereka berdua sedang asyik mengobrol sambil jalan, tanpa menyadari Sie keamanan pondok yang ada beberapa meterdi belakang mereka.
ADEGAN V (Ndalem)
Hasan dan Dania berada di ruang Ndalem. Mereka tahua apa kesalahan mereka. Keduanya ketar-ketir ketika Pak Kiai masuk.
Pak Kiai : (duduk tenang) “Jadi kalian pacaran?”
Hasan & Dania: (merunduk) “............”
Pak Kiai : (nada interogasi) “Saya tanya, apa tujuanmu ke sini?”
Hasan : “Mencari ilmu, Abah.”
Pak Kiai : (mulai marah) “Lalu kenapa kamu pacaran?”
Hasan : “Itu bonus, Abah.”
Pak Kiai : (menggebrak meja) “Jawab yang benar!”
Hasan : “..........”
Pak Kiai : (beralih ke Dania) “Kamu tahu kan, pacaran itu dilarang. Kenapa masih tetap melakukannya?
Dania : (tetap menunduk) “Kami tidak pacaran, Abah. Kami hanya saling jatuh cinta.”
Bu Nyai : “Tapi bukan begitu caranya, Nok Ayu. Saya tidak menyalahkan kalian yang jatuh cinta, wong cinta itu anugrah kok. Tapi, Islam mengajarkan etika bergaul antara laki-laki dan perempuan. Jangan karena saling cinta, kemana-mana bawaannya nempel terus. Semua itu ada saatnya. Jika sekarang saatnya belajar, ya belajar. Ingat orang tua kalian yang menitipkan kalian di sini. Tujuan mereka bukan mencari menantu. Ingat ya... J
Dania : “Iya Umi, Dania dan Kang Hasan salah.”
Hasan : “Maafkan kami, Abah, Umi. Kami khilaf. Kami lupa akan tujuan kami. Tapi jangan paksa kami putus, saya tidak sanggup, Abah.
Pak Kiai : “Baiklah, Abah tahu kalian bukan satu-satunya yang pacaran. Jatuh cinta memang tidak dilarang, tapi kalian berdua harus bisa menjaga hati kalian masing-masing.”
Pada akhirnya, Hasan dan Dania menyadari kesalahannya. Mereka pun berjanji untuk lebih mengontrol hati mereka masing-masing tanpa melupakan tujuan utama mereka datang ke pondok.
TAMAT
No comments:
Post a Comment
kritik dan sarannya semogaa bisa membantu :)